ASUHAN RUPTURA SINUS MARGINALIS DI RSUD PURWOREJO

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abruptio plasenta atau separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptur sinus marginalis.
Ruptur Sinus Marginalis adalah terlepasnya sebagian kecil pinggir placenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Ruptur Sinus Marginalis merupakan bagian dari solutio placenta ringan yang jarang didiagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat datang ke rumah sakit,atau tanda-tanda dan gejalanya terlampau ringan sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya.

Solusio plasenta dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, biasanya pada jenis ini keadaan penderitalebih jelek, plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang, sering berkaitan dengan hipertensi.
Solusio plasenta dengan perdarahan keluar, pada jenis ini biasanya keadaan umum penderita relatif lebih baik, plasenta terlepas sebagian atau inkomplit dan jarang berhubungan dengan hipertensi.
Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya, mungkin disebabkan : ruptura sinus marginalis, atau vasa previa

Terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitamandan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerusadak tegang. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudahteraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus- menerus apakahakan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsungterus.Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinansolusio plasenta ringan ialah perdarahan pervaginam yang berwarnakehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan pada plasenta previayang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian,sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.

Epidemiologi Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan. Literatur lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk solusio plasenta berat 1 dalam 500-750 persalinan. Slava dalam penelitiannya melaporkan insidensi solusio plasenta di dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak ada angka pasti untuk insiden solusio plasenta, karena adanya perbedaan kriteria menegakkan diagnosisnya.
Penelitian Cunningham di Parkland Memorial Hospital melaporkan 1 kasus dalam 500 persalinan. Tetapi sejalan dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas tinggi, terjadi pula penurunan kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Deering didapatkan 0,12% dari semua kejadian solusio plasenta di Amerika Serikat menjadi sebab kematian bayi. Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ducloy di Swedia melaporkan dalam 894.619 kelahiran didapatkan 0,5% terjadi solusio plasenta.

Secara klinis berdasarkan derajat terlepasnya plasenta dan tanda klinik yang menyertainya, solusio plasenta dibagi :
Solusio plasenta ringan Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak (plasenta terlepas kurang dari ¼ luasnya), sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak tegang. Walaupun demikian bagian-bagian janin masih muda teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio plasenta ringan ialah perdarahan pervaginam  yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan plasenta previa yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Solusio plasenta sedang Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai duapertiganya luas permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti pada solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam nampak sedikit , seluruh perdarahannya mungkin mencapai 1000ml. Ibu mungkin telah jatuh kedalam syok, demikian pula janinnya kalau masih hidup dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda persalinan telah ada, dan persalinan itu akan selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun kebanyakan terjadi pada solusio plasenta berat.
Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas lebih dari dua pertiga permukaannya. Terjadinya sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh kedalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibunya, malah perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal. Solusio plasenta berat dengan couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.

Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum diketahui, hanya para ahli mengemukakan teori:
Akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruangan interviler, maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrotis, Spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul dibelakang plasenta disebut hematoma retroplasenter.

Patofisiologi Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Perdarahan antepartum yang sedikit, dengan uterus yang tidak tegang, pertama kali harus ditangani sebagai kasus plasenta previa.Apabila kemudian ternyata kemungkinan plasenta previa dapatdisingkirkan, barulah ditangani sebagai solusio plasenta.
Apabila kehamilan kurang dari 36 minggu, dan perdarahannyakemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, dan uterusnya tidak menjadi tegang, kiranya penderita dapat dirawat konservatif di rumahsakit dengan observasi ketat.
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusioplasenta itu bertambah jelas, atau dalam pemantauan ultrasonografik daerah solusio plasenta bertambah luas, maka pengakhiran kehamilantidak dapat dihindari lagi. Apabila janin hidup, dilakukan seksio sesarea;apabila janin mati ketuban segera dipecahkan disusul dengan pemberianinfus oksitosin untuk mempercepat persalinan.

Kesimpulan
Ruptur Sinus Marginalis adalah terlepasnya sebagian kecil pinggir placenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Ruptur Sinus Marginalis merupakan bagian dari solutio placenta ringan yang jarang didiagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat datang ke rumah sakit,atau tanda-tanda dan gejalanya terlampau ringan sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya.

Daftar Pustaka

JNPKKR-POGI. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal 174-183
Pusdiknakes. 2003. Konsep asuhan Kebidanan. WHO-JPHIEGO. Jakarta
Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifey. Massachussets : Jones and bartlett Publishers
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum
Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279.