BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu ( AKI ) di
Indonesia saat ini menjadi permasalahan yang sangat serius dan masih tertinggi
di Asia. AKI Indonesia tahun 2007 adalah 307/100.000 kelahiran hidup ( SDKI,
2007 ). Dengan perhitungan ini, diperkirakan setiap jam dua orang perempuan
mengalami kematian karena hamil atau melahirkan akibat komplikasi pada masa
hamil atau persalinan. AKI pada proses persalinan dan kehamilan cukup tinggi.
Bahkan target dari Millenium Development Goals ( MDGs ) adalah menurunkan AKI
di Indonesia sebanyak 75% pada tahun 2015. Dengan demikian ditargetkan
penurunan hingga 102/100.000 kelahiran hidup pada 2015.
Enam penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, eklampsia, aborsi tidak aman ( Unsafe abortion ), partus lama, dan infeksi. Faktor lain yang meningkatkan AKI adalah buruknya gizi perempuan, yang dikenal dengan kekurangan energi kronis ( KEK ) dan anemia.
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan manusia. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, dan hanya 15-20% terjadi komplikasi persalinan. Namun jika tidak ditangani dengan baik, angka kejadian komplikasi tersebut dapat meningkat.
Salah satu penyebab penyulit pada kala III adalah atonia uteri dan retensio plasenta.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini ( 50% ), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi post partum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan post partum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tdak berkontraksi.
Sedangkan retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoman ( Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal 300 ).
Atonia uteri dan retensio plasenta masih sebagai satu penyebab terbesar terjadinya perdarahan post partum dan kematian maternal ,maka dari itu perlu penanganan yang tepat.
Enam penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, eklampsia, aborsi tidak aman ( Unsafe abortion ), partus lama, dan infeksi. Faktor lain yang meningkatkan AKI adalah buruknya gizi perempuan, yang dikenal dengan kekurangan energi kronis ( KEK ) dan anemia.
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan manusia. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, dan hanya 15-20% terjadi komplikasi persalinan. Namun jika tidak ditangani dengan baik, angka kejadian komplikasi tersebut dapat meningkat.
Salah satu penyebab penyulit pada kala III adalah atonia uteri dan retensio plasenta.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini ( 50% ), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi post partum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan post partum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tdak berkontraksi.
Sedangkan retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoman ( Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal 300 ).
Atonia uteri dan retensio plasenta masih sebagai satu penyebab terbesar terjadinya perdarahan post partum dan kematian maternal ,maka dari itu perlu penanganan yang tepat.
B.
TUJUAN
1. Agar mahasiswi mengetahui tanda dan
gejala penyulit kala III dlam persalinan
2. Agar mahasiswi mengetahui etiologi
penyulit kala III dalam persalian
3. Agar mahasiswi mengetahui penangan
penyulit kala III dalam persalinan
4. Agar mahasiswi dapat melakukan
asuhan kebidanan pada penyulit kala III dalam persalinan
5. Agar mahasiswi dapat melakukan
pendokumentasian dalam penyulit persalinan kala III
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
PENGERTIAN
Penyulit kala III dalam
persalinan yaitu penyulit yang terjadi pada ibu yang sedang bersalin kala III
(kala uri, masa setelah dua jam post partum sampai seluruh plasenta lahir lengkap). Faktor penyebab terjadinya penyulit kala III
dalam persalinan yaitu jarak persalinan yang pendek kurang dari 2 tahun,
persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun.
B.
Faktor penyebab terjadinya
penyulit dalam persalinan kala II
1.
Atonia Uteri
Atonia uteri
(relaksi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah di lakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (depkes
Jakarta ;2002) hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling
penting dan terjadi setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Aatonia
uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya
syok hipovolemik. Penyebab terjadinya atonia uteri antara lain gemeli, makrosima,
polihidramnion,umur yang terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak
kelahiran pendek, partus lama, atau dapat juga karena salah penanganan dalam
usaha melahirkan plasenta.
Beberapa tanda dan gejala terjadinya atonia uteri :
a.
Perdrahan pervaginam
b.
Konsistensi rahim lunak
c. Fundus uteri
naik
d. Terdapat
tanda-tanda syok
Penanganan yang di lakukan pada
atonia uteri :
a. Bersihkan semua membran yang mungkin
berada di mulut uterus atau di dalam uterus
b. Lakukan kompresi bimanual interna
c. Jika uterus sudah mulai berkontraksi
secara perlahan tarik tangan penolong. Jika uterus sudah mulai berkontraksi
lakukan pemantauan secara ketat
d. Jika uterus tidak berkontraksi
selama 5 menit, minta anggota keluarga untuk melakukan bimanual interna
semntara penolong metergin 0,2 mg IM dan mulai memberikan IV RL dengan 20 IU
oksitosin 500/cc dengan tetes cepat)
e. Jika uterus masih juga belum
berkontraksi mulai lagi kompresi bimanual interna setelah diberikan injeksi
metergin dan diberikan infus
f. Jika uterus masih juga belum
berkontraksi dalam 5-7 menit maka siapkan rujukan dengan IV terpasang pada
500cc/jam hinggs tiba di tempat rujukan atau sebanyak 1,5L.
2. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta
selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi
retensio plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan
karena dapat menyebabkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagia benda mati,
dapat terjadi plasenta inkarseta, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi
degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu bagian plasenta tertinggal maka uterus
tidak dapat berkontaksiu secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Gejala dan tanda yang bias ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (prawirohrdjo,200). Secara
fungsional retensio plasenta terjadi karena his kurang kuat dan plasenta sukar
telepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta
membranesea, plasenta anularis),dan ukurannya (plasenta yang ukurannya kecil ).
plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas disebut plasebta adhesive
plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas disebut plasebta adhesive
Tanda dan gejala retensio plasenta yaitu plasebta belum
lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Adapun geja
yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat tputus akibat traksi berlebihan,
inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
Penanganan retensio plasenta yaitu dengan separasi parsial
a. Tentukan jenis retensio yang terjadi
karena berkaitan dengan tindakan yang akan di ambil
b. Regangkan tali pusat dan minta
pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak terjadi coba traksi
gterkontrol tali pusat.
c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam
500 mL NS/RL dengan 40 tpm. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg
per rectal
d. Bila traksi terkontrol gagal untuk
melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus untuk
menghindari terjadinnya perforasi dan perdarahan.
e. Lakukan transfuse darah apabila di
perlukan
f. Beri antibiotika profilaksis (ampilisin
2 g IV/oral+metronidazol 1g supositoria/oral)
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik)
3. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan salah satu penyebab syok dala
kebidanan yang bukan di sebabkan karena perdarahan, penyebabnya yaitu masuknya
air ketuban melalui vena endoserviks atau sinus vena endoserviks atau sinus
vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan plasenta, masuknya air ketuban
yang mengandung rambut lanugo, verniks caseosa dan mekonium ke dalam peredaran
darah ibu akan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam paru-paru ibu, selain
itu zat-zat dari janin tersebut juga menimbulkan reaksi anapilaksis yang keras
dan gangguan pembekuan darah.
Penyebab dari enboli air ketuban yaitu adany his yang kuat
dan terutama terus menerus, misanya pada pemberian utorotonika yang berlebihan
dimana ketuban sudah pecah biasanya pada akhir kala I atau segera setela bayi
lahir.
Penanganan yang di lakukan apabila terjadi emboli pada air
ketuban.
4. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir bersumber dari berbagai organ
diantaranya vagina, perineum, porsio, serviks dan uterus. Ciri yang khas dari
robekan jalan lahir yaitu kontraksi uterus yang kuat, keras dan mengecil.
Perdarahan terjadi langsung setelah bayi lahir. Perdarahan ini terus menerus
setelah di lakukan masase pemberian utorotonika langsung mengeras tapi
perdarahan tidak berkurang. Dalam keadaan apapun robekan jalan lahir harus
dapat di minimalkan karena tak jarang perdarahan terjadi kerena robekan dan ini
menimbulkan akibat yang fatal seperti terjadinya syok.
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam
jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir
selalu di evaluasi yaitu sumber yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga
dapat di atasi, sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks,
dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam betuk hematomadan robekan jalan
lahir dengan perdarahan yang bersifat arteli atau pecahnya pembuluh darah pena.
Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan
dalam dan speculum setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti perdarahan
di hentikan dengan menggunakan ligasi atau penjepitan pembuluh darah.
Macam-macam robekan yang dapat terjadi melalui jalan lahir
a. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang pula pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat
di hindarkan atau di kurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul
di lalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum ini di bagi menjadi
derajat I, 2, 3, dan derajat 4.
b. Robekan Vagina
Robekan vagina dapat terjadi karena di sebabkan oleh
persalinan buatan atau cunam, vagina yang sempit, lanjutan dari laserasi
serviks, posisi oksipito posterior, bayi besar, kepala bayi terlalu cepat
lahir, kepala bayi di putar setelah sesaat kepala bayi lahir.
c. Robekan Serviks
Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan.
Oleh karena itu, robekan yang harus mendapat perhatian kita adalah robekan yang
dalam yang kadang-kadang sampai ke vornik. Robekan biasanya terdapat di pinggir
samping serviks bahkan kadang-kadang sampai ke segmen bawah rahim dan membuka parametrium.
d. Robekan yang sedemikian dapat
membuka pembuluh-pembuluh darah darah yang besar dan menimbulkan perdarahan
yang hebat. Robekan seperti ini biasanya terjadi pada persalinan buatan,
ektraksi dengan forceps, ekstraksi pada letak sungsang, versi dan aktraksi,
dekapitasi, pervorsi, dan kraniokasi terutama jika di lakukan pada pembukaan
yang belum lengkap. Robekan ini jika tidak dijahit selain menimbulkan
perdarahan juga dapat menjadi penyebab
servisitis, parametritris, dan mungkin juga terjadi pembesran karsinoma
serviks, kadang-kadang menimbulkan perdarahan nifas yang lambat. (obstetric
patologi Unpad, edisi 2, 2005)
e. Robekan Uteri (Ruptur Uteri)
Factor predisposisi yang mnyebabkan rupture uteri yaitu
multipara, hal ini di sebabkan karena dinding perut yang lembek dengan
kedudukan uterus dalam posisi antefleksi sehingga terjadi kelainan letak dan
posisi janin, janin sering lebih besar sehingga dapat menyebabkan timbulnya
CPD; pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan yang tidak tepat, kelainan letak
dan implantasi plasenta misalnya pada plasenta akreta, plasenta inkerta atau
perkata, kelainan bentuk uterus, hidramnion.
Jenis ruptur uteri
1. Rupture uteri spontan
Terjadi pada keadaan dimana terdapat rintangan pada waktu
persalinan yaitu pada kelainan letak dan presentasi janin, panggul sempit,
kelianan panggul, tumor jalan lahir.
2. Rupture uteri traumatic
Terjadi karena ada dorongan dari uterus misalnya fundus
akibat melahirkan bayi pervaginam, seperti ekkstraksi, penggunaan cunam, manual
plasenta
3. Rupture uteri jaringan parut
Terjadi karena bekas operasi sebelumnya pada uterus seperti
bekas SC.
4. Pembagian jenis menurut anatomic
Rupture uteri inkomplit ; dimana dinding uterus robek,
lapisan serosa (perimetrium) robek sehingga janin dapat berada dalam rongga
perut dan ruptur uteri inkomplit; dinding uterus robek sedangkan lapisan serosa
tetap utuh.
f. Inversion Uteri
Suatu keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri,
dapat terjadi secara mendadak ataupun perlahan.
Selain daripada itu pertolongan dari tenaga terlatih dapat
dapat mengurang angka kejadian inversion uteri menjadi berkurang.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA III
NY. “S” GIP0A0 24 TAHUN DENGAN ATONIA UTERI
DI BPS “KASIH IBU” YOGYAKARTA
I.
PENGKAJIAN
DATA
Tanggal/Pukul : 24 Maret 2013 jam 08.30 WIB
A.
Data Subjektif
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. S Tn.
D
Umur : 24 Tahun 27
Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : karyawan Pabrik Wiraswasta
Alamat :
Magelang Magelang
1.
Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin melahirkan
2. Keluhan
utama
Ibu mengatakan perutnya
kenceng-kenceng sejak jam 20.00 WIB, air ketuban belum pecah, gerakan janin
masih di rasakan
3. Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah atau
sedang menderita penyakit menular (TBC, PMS, HIV/AIDS, Hepatitis), menurun
(Asma, Hipertensi, DM), dan menahun (Jantung, Ginjal).
b.
Riwayat kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan dahulu
tidak pernah menderita penyakit menular menular (TBC, PMS,HIV/AIDS, Hepatitis),
menurun (Asma, Hipertensi, DM), dan menahun (Jantung, Ginjal).
c.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak kluarga
ibu maupun suami tidak ada yang pernah / sedang menderita penyakit menular (
TBC, HIV / AIDS, hepatitis), menurun ( asma, hipertensi, DM ), menahun (
jantung, ginjal )
d.
Riwayat keturunan Kembar
Ibu mengatkan dari pihak keluarga
ibu maupun suami tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e.
Riwayat Operasi
Ibu mengatkan tidak memiliki riwayat
operasi
f.
Riwayat Alergi Obat
Ibu mengatakan tidak memiliki
riwayat alergi obat
4. Riwayat
menstruasi
Menarchea : ibu mengatakan haid pertama umur 14
tahun
Siklus : ibu mengatakan mesntruasi setiap
sebulan sekali
Lamanya : ibu mengatakan lama haid 7 hari
Banyaknya : ibu mengatakan ganti pembalut 2-3 kali
perhari
Teratur/tidak : ibu mengatakan mestruasi teratur
Sifat Darah : ibu mengatkan berwana merah tua dan encer
Dismenorhe : ibu mengatkan tidak pernah nyeri haid yang sampai
mengganggu aktivitasnya
5. Status
Perkawinan
Ibu nenikah 1 kali
secara syah, usia I bu saat menikah 24 tahun dan usia suami 27 tahun, lama
pernikahan 1 tahun.
6. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tidak ada
7. Riwayat
Kontrasepsi yang pernah di gunakan
Ibu mengatakan belum
pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun dengan alas an ingin segera
mempunyai keturunan
8. Riwayat
hamil sekarang
a. HPHT :
HPL :
b. ANC
pertama umur kehamilan 5 minggu
c. Umur
kehamilan sekarang :
d. Kunjungan
ANC
Trimester I
Frekuensi :
4 kali
Keluhan :
mual, tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
Therapi :
fe, B6
Trimester II
Frekuensi :
3 kali
Keluhan :
tidak ada
Therapi :
fe, B6, kalk
Trimester III
Frekuensi :
3 kali
Keluhan :
Pegel-pegel daerah punggung &sering BAK
Therapy :
fe, B6, kalk
e. Imunisasi
TT
Ibu mengatakan sudah mendapat imunisasi TT 2 kali selama hamil
TT1 pada tanggal umur kehamilan 16 minggu
TT2 pada tanggal umur kehamilan 24 minggu
9. Pergerakan
janin dalam 24 jam
Ibu mengatakan sebelum
mulas merasakan gerakan janin sering dan kuat, pada saat timbul HIS gerakan
janin sedikit berkurang.
10. Riwayat
Persalinan Sekarang
a. Tempat
persalinan : RB, penolong Bidan
b. Tanggal
/ jam persalinan : 24 Maret 2013, jam 07.30 WIB
c. Jenis
persalinan : Spontan Normal
d. Komplikasi
dalam persalinan : Retensio plasenta
e. Plasenta : Belum lahir
f. Lama
persalinan :
Kala I :
11 jam
Kala II :
30 Menit
Kala III : 1 menit setelah bayi lahir telah di suntikan oksitosin 10 IU,
di lakukan PTT tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta, 15 menit plasenta
tidak lahir di berikan oksitosin dosis ke dua 10 IU di lakukan PTT, tidak ada
tanda-tanda pelepasan plasenta, setelah 30 menit di kukan pengecekan pelepasan
plasenta, tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta. Kemudian di lakukan
persiapan rujukan dan pasien di rujuk ke rumah sakit.
g. Keadaan
bayi
Jenis kelamin :
perempuan
PB / BB :
3000gram / 49 cm
Apgar Score :
9.10.10
Cacat bawaan :
tidak ada cacat bawaan
11. Pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.
Nutrisi
Sebelum hamil Selama
Hamil
Frekuensi : 3x/
hari 2x/
hari
Jenis : Nasi,
Sayur, Lauk Nasi, Sayur,
Lauk
Porsi : 1
piring 1/2
piring
Pentangan : Tidak
ada Tidak
ada
Keluhan : Tidak
ada Tidak
ada
Minum
Frekuensi : 6
x/hari 7-8
x/hari
Jenis : Air
Putih, teh Air
Putih, susu untuk ibu hamil
Makan
terakhir : Ibu mengatakan makan
terakhir tanggal Maret 2013 jam 22.00 WIB
dengan porsi ½ piring jenis nasi, sayur, lauk dan tanggal maret 2013 jam 05.00
ibu makan roti basah 1 bungkus.
Minum
terakhir : ibu meengatakan minum
terakhir tanggal Maret 2013 jam 05.00
WIB jenis teh manis, porsi 1 gelas.
b. Eliminasi
Sebelum hamil Selama
Hamil
BAB BAB
Frekuensi :
1 kali perhari Frekuensi
: 1 kali perhari
Warna :
kuning kecoklatan warna : hitam kecoklatan
Konsistensi :
lunak konsistensi
: lunak
Keluhan : tidak ada keluhan : tidak ada
BAK BAK
Frekuensi :
4-5 x/hari Frekuensi : 10-11x/ hari
Warna :
kuning jernih warna
: kuning jernih
Konsistensi :
cair konsistensi
: cair
Keluhan : tidak ada keluhan : sering
BAB terakhir :
ibu mengatakan BAB terakhir tanggal
maret 2013 jam 06.00 WIB
BAK terahir :
ibu mengatakan BAK terakhir tanggal
maret 2013 jam 03.30 WIB
c. Istirahat
Sebelum hamil Selama
hamil
Tidur siang Tidur
Siang
Lama :
1-2 jam Lama : 1 jam
Keluhan :
tidak ada Keluhan
: tidak ada
Tidur malam Tidur
Malam
Lama :
7-8 jam Lama
: 7-8 jam
Keluhan :
tidak ada Keluhan
: sering terbangun
Istirahat terakhir : ibu mengatakan tidak bias istirahat sejak
tanggal maret 2013 jam 01.00 WIB
d. Personal
Hygiene
Sebelum Hamil Selama
Hamil
Mandi :
2x / hari Mandi : 2x / hari
Ganti pakaian :
2x / hari Ganti
Pakaian : 2 x / hari
Gosok gigi :
2x / hari Gosok Gigi : 2 x / hari
Keramas :
3x / minggu Keramas : 3 x / minggu
Saat pengkajian : ibu mengatakan mandi terakhir
tanggal maret 2013 jam 16.00 WIB
e. Pola
Seksualitas
Sebelum hamil Selama
Hamil
Frekuensi :
2x/ minggu Frekuensi : 1 x / minggu
Keluhan :
tidak ada Keluhan : tidak ada
f. Pola
Aktivitas (terkait kegiatan Fisik dan
Olah raga)
Sebelum Hamil : ibu mengatakan setiap harinya bekerja sebagai
karyawan pabrik mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB
Selama Hamil : ibu masih tetap bekerja sebagai
karyawan pabrik dan cuti hamil mualai umur kehamilan 28 minggu , kemudian ibu
dirumah mengerjakan pekerjaan rumah dan di bantu oleh suaminya .
g. Kebiasaan
yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu, minum beralkohol)
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang
mengganggun kesehatan seperti merokok, minum jamu, dan mengkonsumsi
minum-minuman beralkohol
h. Psiko
sosial Budaya
-
Persaan ibu tentang
persalinan ini
Ibu mengatakan cemas karena ari – ari belum lahir
-
Ibu mengatkan kehamilan
ini direncanakan
-
Ibu mengatakan jenis
kelamin laki - laki dan perempuan
baginya sama saja
-
Ibu mengatakan seluruh
keluarga sangat mendukung kehamilan ini
-
Ibu mengatkan tinggal
serumah bersama suaminya
-
Ibu mengtakan tidak
memiliki jenis pantangan terhadap makanan ataupun minuman tertentu
B. DATA
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan
Umum
Ø Keadaan
Umum : lemah
Ø Kesadaran
: composmetis
Ø Status
Emosional : cemas
Ø TTV :
TD : 110 / 70
MmHg R : 20 x / menit
N : 80 x /
menit S : 36,4 0C
Ø BB
sebelum hamil : 55 kg
Ø BB
sekarang : 65 kg
Ø LILA
: 25 cm
Ø TB : 157 cm
Ø IMT :
2. Pemeriksaan
Fisik
Kepala :
normal, tidak ada benjolan
Rambut :
hitam, lurus, bersih, tidak berketombe dan tidak mudah rontok
Muka :
simetris, tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum
Mata :
conjungtiva merah muda, seclera putih, tidak ada oedem
Hidung :
simetris, bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal
Telinga :
simetris kanan / kiri, bersih, tidak ada
serumen
Gilut : tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gigi tidak
berlubang, gisi tidak berdarah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer thyroid, tidak ada pembesaran
pada kelenjar lympe dan tidak ada pembengkakan pada vena jugolaris
Mame : simetris, areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol,
kolostrum belum keluar, tidak ada benjolan pada mame
Axilla : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Abdomen
Ø Inspeksi
: tidak ada lika bekas operasi, linea
nigra, stiae gravid tidak ada
Ø Palpasi
: kontraksi uterus keras, TFU
setinggi pusat, kandung kemih penuh
Vulva
vagina : tidak ada varices, tidak ada
luka bekas operasi, tidak anyeri tekan, tali pusat terjelujur sebagian ±
35cm, pe
ngeluaran
pervaginam ±125cc
Anus
: tidak ada haemoroid
3. Pemeriksaan
penunjang
Ø Saifuddin, Abdul Bari.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.(2008).Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Ø Winkjosastro, Hanifa.Ilmu Kandungan.(2005).Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Ø Taufan nugroho.Patologi
kebidanan.(2012).Yogyakarta.Penerbit Nuha Medika
Ø Yeyeh Rukiyah.Asuhan Kebidanan IV
(Patologi Kebidanan).2010.Jakarta.CV trans Info Medika
Ø Prawiroharjo S.Ilmu
Kebidanan.(2009).Jakarta.P.T Bina Pustaka Sarwoino Prawiroharjo