KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Asuhan Kebidanan Patologi.
Makalah ini dibuat berdasarkan referensi buku-buku Asuhan Kebidanan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yustina
Ananti S.ST dan team selaku pengampu pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologi
dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari makalah ini tentunya masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Ibarat tiada gading yang tak retak,
begitu pula tentunya dengan makalah ini. Akhirnya penulis mengharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………… i
Daftar Isi …………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar
belakang …………………………………………………………… 1
- Tujuan
…………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
- Pengertian
…………………………………………………………… 2
- Janin
besar …………………………………………………………… 4
- Hydrocephalus
…………………………………………………………... 6
- Anencephalus
……………………………………………………………. 8
- Kembar
siam ……………………………………………………………. 9
- Gawat
janin ……………………………………………………………. 11
BAB III TINJAUAN
KASUS
- Kasus
……………………………………………………………. 14
- Menejemen
kebidanan …………………………………………………… 14
BAB IV PENUTUP
- Kesimpulan
……………………………………………………………. 26
- Saran
……………………………………………………………. 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal
dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan
tergantung 5
faktor ”P” utama yaitu power, passage, passanger, psikologi ibu dan penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat
persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor
"P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila
ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau
gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini
disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan
gawat janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin.
- Tujuan
Umum : Agar mahasiswa dapat memberikan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan distosia kelainan janin meliputi bayi
besar, hydrocephalus, anencephalus, kembar siam dan gawat janin.
Khusus :
1.
Agar mahasiswa mengetahui pengertian,
etiologi, diagnosis, prognosis, dan penanganan distosia kelainan janin.
2. Agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi masalah potensial pada distosia
kelainan janin.
3. Agar mahasiswa mengetahui antisipasi
tindakan segera pada distosia kelainan janin.
4. Agar mahasiswa dapat merencanakan
asuhan untuk distosia kelainan janin.
5. Agar mahasiswa dapat melaksanakan
asuhan distosia kelainan janin.
6. Agar mahasiswa dapat mengevaluasi
asuhan kebidanan pada distosia kelainan janin.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Distosia adalah
persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau tidak adanya kemajuan
proses persalinan dalam ukuran satuan waktu tertentu. Distosia merupakan akibat
dari 4 gangguan atau kombinasi antara:
a)
Kelainan
tenaga persalinan yaitu kekuatan his yang tidak memadai atau tidak terkordinasi
dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataran servik (uterine
disfungtion) serta gangguan kontraksi otot pada kala II.
b)
Kelainan
presentasi-posisi dan perkembangan janin.
c)
Kelainan
dari tulang panggul (panggul sempit).
d) Kelainan jaringan lunak dari saluran reproduksi yang menghalangi
desensus janin.
Secara sederhana kelainan di atas secara
mekanis di kelompokkan kedalam 3 golongan:
a)
Kelainan
power : kontraksi uterus dan kemampuan ibu mengejan.
b)
Kelainan
passanger : keadaan janin.
c)
Kelainan
passage : keadaan panggul.
Mekanisme distosia
Pada akhir kehamilan,
agar dapat melewati jalan lahir kepala harus dapat mengatasi tebalnya segmen
bawah rahim dan servik yang masih belum
mengalami dilatasi. Perkembangan otot uterus di daerah fundus uteri dan daya
dorong terhadap bagian terendah janin adalah faktor yang mempengaruhi kemajuan
persalinan kala I. Setelah dilatasi servik lengkap, hubungan mekanis antara
ukuran dan posisi kepala janin serta kapasitas panggul (fetopelvic proportion)
dikatakan baik bila desensus janin sudah terjadi. PFD- fetopelvic disproportion
menjadi jelas bila persalinan sudah masuk kala II. Gangguan fungsi otot uterus
dapat terjadi akibat regangan otot uterus berlebihan dan atau partus macet (obstructed labor).
Dengan demikian maka persalinan yang tidak berlangsung secara efektif adalah
merupakan tanda akan adanya fetopelvic disproportion.
Membedaka gangguan
persalinan menjadi disfungsi uterus dan fetopelvic disproportion secara tegas
adalah tindakan yang tidak tepat oleh karena kedua hal tersebut sebenarnya memiliki hubungan yang erat. Kondisi tulang
panggul bukan satu-satunya penentu keberhasilan berlangsungnya proses
persalinan pervaginam.
Kriteria diagnosis
Distosia terjadi pada
kala I dan Kala II. Beberapa hal yang harus diketahui dalam penerapan .
penilaian proses persalinan ialah:
Fase
|
fase
persalinan
|
Ukuran
satuan waktu
|
Fase laten
|
0 sampai diameter 3 cm
|
8 jam
|
Fase akselerasi
|
3 cm menjadi 4 cm
|
2 jam
|
Fase dilatasi maksimal
|
4 cm menjadi 9 cm
|
2 jam
|
Fase deselerasi
|
9 cm menjadi 10 cm
|
2 jam
|
Kala II
|
pembukaan lengkap sampai bayi lahir
|
Primi: 90 menit
Multi: 30 menit |
Parameter proses
kemajuan persalinan :
1.
Pembukaan
servik dihunbungkan dengan fase persalinan.
2.
Ukuran
satuan waktu setiap fase perslainan.
3.
Turunnya
presentasi janin (bidan hodge atau station).
4.
Perubahan
presentasi janin.
5.
Perubahan
posisi janin.
6.
Moulage dan
caput kaput suksedaneum.
Persalinan normal adalah suatu proses
yang perogresif tang berlangsung dalam batas waktu tertentu. Apabila batas
waktu tersebut dilampaui tanpa di ikuti oleh batas kemajuan proses persalinan
maka dianggap telah berlangsung persalinan abnormal atau distosia.
Distosia Banding
Apabila telah dilakukan
analisis proses kemajuan persalinan dan dijumpai distosia, maka harus dicari
penyebab distosia yang mungkin berasal dari salah satu faktor ataupun gabungan
dari beberapa faktor berikut ini:
a)
Kelainan
tenaga : kelainan his atau tenaga meneran.
b)
Kelainan
janin: kelainan besar janin, bentuk janin (anomaly kongenital), jumlah janin,
letak janin, presentasi janin atau posisi janin.
c)
Kelainan
jalan lahir: kelainan tulang panggul atau jaringan lunak pelvik.
- Janin besar
Janin besar adalah bila
berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi bayi yang lahir dengan berat
badan lebih dari 4000 gr adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gr adalah 0,4%. Pernah dilaporkan berat bayi
lahir pervaginam 10,8-11,3 kg (sinopsis obstetri edisi 2 : 375).
Yang dikatakan janin
besar ialah janin yang lebih berat dari 4000 gram. Menurut kepustakaan janin
yang besar baru dapat menimbulkan distosia kalau beratnya melebihi 4500 gram
(obstetri patologi : 201).
a.
Etiologi
1.
Diabetes Militus.
2.
Keturunan (orang
tua yang besar).
3.
Multiparitas
(anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu).
4.
Kehamilan
posterm.
5.
Wanita-wanita
dengan habitus indolen.
6.
Eritroblastosis.
7.
Hipertiroidisme.
Kesukaran yang ditimbulkan dalam
persalinan ialah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan
dinding rahim oleh janin yang sangat besar dapat timbul inersia dan kemungkinan
perdarahan postpartum lebih besar.
b.
Diagnosis
Menentukan apakah janin
besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat diperkirakan dengan cara:
1.
Keturunan
atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkannya dan adanya
diabetes militus.
2.
Kenaikan
berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (oedem dan sebagainya).
3.
Pemeriksaan
teliti tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvik dalam hal ini dianjurkan
untuk mengukur kepala janin dengan USG.
c.
Prognosis
Pada panggul normal
janin dengan berat badan 4000-4500 gr umumnya tidak menimbulkan kesukaran
persalinan. Distosia akan diperoleh jika janin lebih besar dari 4500-5000 gr
atau pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan pada bahu yang lebar
(bayi kingkong). Apabila disproporsi sefalo atau feto-pelvik ini dibiarkan maka
terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.
d.
Penanganan
1.
Pada
disproporsi sefalo atau feto-pelvik yang sudah diketahui dianjurkan sc.
2.
Pada
kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar
dan janin diusahakan lahir, atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi
unilateral atau bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik, dan
untuk cedera postkleidotominya konsulkan pada bagian bedah.
3.
Apabila
janin meninggal lakukan embriotomi.
- Hydrocephalus
Hydrocephalus adalah
pengumpulan liquor serebrospinalis dalam ventrikel otak, jumlah cairan
bervariasi antara 500-1.500 ml, kendatipun jumlah yang lebih banyak lagi pernah
dilaporkan (ilmu patologi dan fisiologi persalinan : 676 ).
Penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi besar serta
ubun-ubun jadi lebar. Jumlah cairan besar bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada
yang sampai 5 liter. Sering dijumpai kelainan lain seperti spinabifida dan
cacat bawaan lain pada janin.
a.
Etiologi
Etiologi dari
hydrocephalus belum jelas, tapi salah satu sebab ialah toksoplasmosis, namun
adapula yang menyebutkan bahwa disebabkan karena penyebaran radang etitis media
rongga kranial.
b.
Diagnosis
Pada janin letak kepala
adanya hydrocephalus dapat dikenali dengan :
1.
Palpasi abdomen
teraba ukuran kepala yang besar di atas simfisis dan kepala tidak memasuki
pintu atas panggul.
2.
Pemeriksaan
dalam teraba kepala yang besar dengan sutura yang dalam dan ubun-ubun yang
luas, tulang kepala terasa tipis sekali sehingga dapat ditekan seperti menekan
bola pingpong (tanda perkamen atau tanda bola pingpong).
3.
Rontgen
foto akan memberikan bayangan tengkorak kepala yang besar sekali.
4.
Ultrasonografi
tampak kepala yang besar dengan ukuran diameter biparietalis yang lebar.
Pada letak sungsang lebih jarang terjadi
rupture uteri. Pada kelahiran bokong akan dijumpai anomalia yang menyertai
seperti spina bifida dan talipes.
Spina bifida adalah keadaan tidak
lengkapnya arkus vertebra, Talipes adalah deformitas kongenital dengan terjadinya pertumbuhan kaki dengan
sudut yang abnormal terhadap tungkai.
Kita harus ingat akan kemungkinan
hydrocephalus jika:
1.
Kepala
tetap tinggi walaupun panggul baik dan his kuat.
2.
Kepala
tetap dapat digoyangkan dan sangat lebar pada perabaan.
3.
Kalau Nampak
adanya spina bifida pada tubuh yang sudah lahir pada letak sungsang.
c.
Prognosis
Partus akan berjalan
sulit dan bila tidak segera ditolong dapat terjadi ruptur uteri, disebabkan
kepala yang besar meregang segmen bawah rahim. Prognosa untuk janin jelek.
d.
Penanganan
1.
Kepala
janin yang besar dikecilkan dengan jalan melakukan pungsi sisterna pada
pembukaan 3-4 cm.
Caranya adalah dengan menggunakan jarum
pungsi spinal yang besar dan panjang , cairan dikeluarkan sebanyak mungkin dari
dalam ventrikel. Jarum dimasukkan dengan tuntunan tangan supaya tidak salah
jalan atau melukai jalan lahir.
2.
Kalau
pembukaan lengkap, kerjakan perforasi atau kraniolaksi.
3.
Pada letak
sungsang akan terjadi after coming head,
dilakukan perforasi dari foramen ovale untuk mengeluarkan cairan. Biasanya
sesudah kepala jadi kecil janin akan mudah dilahirkan.
4.
Setelah
anak lahir harus dilakukan eksplorasi cavum uteri.
- Anencephalus
Anencephalus adalah
tidak adanya rongga kranial secara kongenital, dengan seluruh hemisfer serebrum
tidak ada atau mengecil menjadi massa kecil (kamus kedokteran Dorland)
Anencephalus adalah
keadaan tanpa adanya kubah tengkorak dengan otak yang sebagian atau seluruhnya
tidak ada (ilmu kebidanan patologi & fisiologi persalinan : 675).
Anencephalus adalah malformasi
kongenital yang nyata karena kubah cranium dan hamiser serebri tidak berhasil
tumbuh. Penyebab utama adalah presentasi wajah (kamus saku bidan : 22 ).
a.
Etiologi
Anensefalus adalah
suatu kelainan tabung saraf (suatu kelainan yang terjadi pada awal perkembangan
janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak dan korda
spinalis). Anensefalus terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup,
tetapi penyebabnya yang pasti tidak diketahui. Penelitian menunjukkan
kemungkinan anensefalus berhubungan dengan racun di lingkungan juga kadar asam
folat yang rendah dalam darah.
b.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan
melalui pemeriksaan ultrasound dan sinar-x, namun kecurigaan dapat timbul kalau
pemeriksa tidak mampu meraba kepala janin dan dengan adanya gerak janin yang
hiperaktif setelah pemeriksaan rektal atau vaginal. Jari tangan pemeriksa yang
menyentuh jaringan otak yang ada disebelah bawah serta tidak tertutup itu
merangsang janin sehingga bergerak kuat. Anencephalus merupakan kelainan yang
paling sering menyebabkan polihidramnion dan harus dicurigai pada semua kasus
yang cairan ketubannya berlebihan tanpa sebab-sebab yang jelas.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
1.
Kadar asam
lemak dalam serum ibu hamil.
2.
Amniosentesis
(untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-fetoprotein).
3.
Kadar
alfa-protein meningkat (menunjukkan adanya kelainan tabung syaraf).
4.
Kadar
estriol pada air kemih ibu.
5.
Ultrasonografi.
c.
Prognosis
Kebanyakan bayi dengan
anencephalus dilahirkan tanpa kesukaran karena kepala bayi kecil, bagian ini
tidak melebarkan servik dengan baik sehingga diperlukan traksi dengan
menggunakan penjepit pada kepala agar bahu dapat ditarik keluar. Umumnya, kita
lebih baik menunggu persalinan spontan daripada melakukan induksi percobaan
melalui servik yang belum matang. Monster anencephalus tidak mungkin bertahan
hidup, mereka lahir dalam keadaan meninggal atau akan meninggal dalam waktu
beberapa hari setelah lahir.
d.
Penanganan
Pada
hampir semua kasus, melahirkan bayi anencephalus mereka melalui kemaluannya
tidak menimbulkan masalah, dapat dilahirkan secara spontan. Walaupun ada
anggapan bahwa persalinannya akan lebih lama, disebabkan tidak adanya tempurung
kepala pada sang bayi yang dapat membantu membuka rahim.
- Kembar siam
Kembar siam (double monster)
yaitu penyatuan dua janin (kembar melekat), ini bisa berupa:
1.
Kraniofagus
: yang melekat kedua kepala.
2.
Pigofagus :
kedua panggul melekat.
3.
Diprofagus
atau difagus : bila kedua janin berhubungan tidak lengkap sebagian di badan
atas dan sebagian lagi di badan bawah.
4.
Torakofagus
: penyatuan pada bagian dada
5.
Omfalogus :
penyatuan pada bagian perut
6.
Disefalus :
penyatuan dengan seluruh tubuh dengan kedua kepala
7.
Sinsefalus
: penyatuan tubuh dengan satu kepala
Bayi yang berkembang
dari pemisahan parsial ini disebut kembar siam. Kembar siam juga secara fisik
terhubung - paling sering pada kepala, dada atau panggul. Bahkan pada kasus
tertentu kembar siam, bayi satu dengan yang lain berbagi satu atau lebih organ
internal. Banyak kembar siam yang mati saat lahir atau mati setelah lahir.
Beberapa kasus kembar siam yang masih hidup keduanya dipisahkandengan cara
pembedahan. Keberhasilan operasi ini tergantung pada di mana si kembar yang
bergabung dan berapa banyak organ digunakan bersama, dan juga pada pengalaman
dan keterampilan dari tim bedah.
a.
Etiologi
Kembar siam terjadi
jika satu sel telur membelah dan berkembang menjadi dua janin. Dalam
beberapa kasus, telur yang telah dibuahi gagal untuk memisahkan sepenuhnya.
b.
Diagnosis
Tanda pertama kembar
siam adalah sama untuk setiap kehamilan kembar sebuah rahim yang tumbuh pesat
yang lebih besar daripada untuk satu embrio. Ibu bayi kembar mungkin juga
memiliki kelelahan berat, mual dan muntah di awal kehamilan. kelainannya bisa dideteksi dengan pemeriksaan
USG atau ultrasonografi dengan 3 atau 4 dimensi di usia 20 minggu.
c.
Prognosis
Perawatan kembar siam
sangat bervariasi tergantung pada keadaan. Banyak orangtua membuat keputusan
sulit untuk mengakhiri kehamilan. Prognosis dan kualitas hidup membebani isu
dalam pengambilan keputusan, serta kemungkinan keberhasilan pemisahan. Jika
bayi berbagi jantung atau otak, misalnya, operasi pemisahan mungkin tidak dapat
dilakukan. Meski kelahiran kembar siam tergolong unik namun bila tidak ada
peran dari dokter anak, maka kelangsungan hidupnya tidak akan bertahan lama,
meski usia si kembar siam diprediksi berlangsung singkat.
d.
Penanganan
Perawatan kembar siam
sangat bervariasi tergantung pada keadaan. Banyak orangtua membuat keputusan
sulit untuk mengakhiri kehamilan. Prognosis dan kualitas hidup membebani isu
dalam pengambilan keputusan, serta kemungkinan keberhasilan pemisahan. Jika
bayi berbagi jantung atau otak, misalnya, operasi pemisahan mungkin tidak dapat
dilakukan.
- Gawat Janin
Gawat janin adalah
keadaan atau reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
a.
Etiologi
Gawat janin terjadi
bila janin tidak menerima O2 cukup, sehingga mengalami hipoksia.
Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut. Janin
yang sehat adalah janin yang tumbuh normal, dengan usia gestasi aterm dan
presentasi kepala. Adapun janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan
(hipoksia) adalah :
1.
Janin yang
pertumbuhannya terhambat.
2.
Janin dari
ibu dengan diabetes.
3.
Janin
preterm dan posterm.
4.
Janin
dengan kelainan letak.
5.
Janin
kelainan bawaan dan infeksi.
Gawat janin dalam
persalinan dapat terjadi bila:
1.
Persalinan
berlangsung lama.
2.
Induksi
persalinan dengan oksitosin.
3.
Ada
perdarahan dan infeksi.
4.
Insufisiensi
plasenta: postterm, preeklampsia.
Cara mencegah gawat janin
yaitu :
1.
Gunakan
partograf untuk memantau persalinan.
2.
Anjurkan
ibu untuk sering ganti posisi selama persalinan.
3.
Ibu hamil
yang berbaring terlentang dapat mengurangi aliran darah ke rahim.
b.
Diagnosis
1.
Frekuensi
denyut jantung janin kurang dari 120x/ menit atau lebih dari 160x/ menit.
2.
Berkurangnya
gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x dalam 12 jam).
3.
Adanya air
ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (jika bayi lahir dengan leta
kepala).
c.
Prognosis
Pengobatan gawat janin
(penyelamatan) berusaha mengembalikan atau mempertahankan aliran darah
uteroplasenta- janin dan keseimbangan asam basa. Namun demikian prognosis
sangat tergantung pada penyebab gawat janin yang mendasari dan keadaan janin.
d.
Penanganan
1.
Tingkatkan
oksigen pada janin dengan cara mintalah si ibu untuk mengubah posisi tidurnya,
berikan cairan kepada ibu secara oral atau IV, berikan oksigen.
2.
Periksa
kembali denyut jantung janin, bila frekuensi bunyi jantung janin masih tidak
normal maka dirujuk, bila merujuk tidak memungkinkan maka siap-siap untuk
menolong bayi baru lahir dengan asfiksia.
Anjurkan ibu hamil
in-partu berbaring kesisi kiri untuk meningkatkan aliran oksigen ke janinnya.
Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun oksigen melalui plasenta ke
janin. Bila posisi miring kiri tidak membantu coba posisi yang lain (miring ke
kanan, posisi sujud). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau
mengobati gawat janin.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
- Kasus
Ny. R datang ke BPS E.Y YOGYAKARTA pada
tanggal 5 April 2013 pukul 09:00 WIB mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
dan mengeluh perutnya terasa kenceng-
kenceng teratur sejak jam 01:00 WIB, dan keluar cairan lendir bercampur darah
dari kemaluannya.
- Menejemen
kebidanan
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGIS PADA NY.R
G1P0A0 TRIMESTER III
DI BPS YULI-ETI, SLEMAN
Tanggal pengkajian : 5
April 2013
Jam :
09:00 WIB
Tempat pengkajian : BPS E.Y
Jenis pengkajian :
Autoanamnesa
- PENGKAJIAN
A.
Data
Subjektif
1.
Identitas
a.
Pasien b.
Penanggung Jawab / Suami
Nama :
Ny. R nama : Tn. T
Umur :
23 Tahun Umur : 27 Tahun
Agama :
Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa: Jawa/WNI Suku/Bangsa:Jawa/WNI
Pendidikan : SMP Pendidikan:
SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan
: Petani sawit
No. Telp/HP: 085345453435 No. Telp/HP : -
Alamat :
Jl. Mutiara G.15 Sungai Melayu Rayak, Ketapang Kalimantan Barat.
2.
Alasan
datang :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan
kehamilannya.
3.
Keluhan
utama:
Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-
kenceng teratur sejak jam 01:00 WIB, dan keluar cairan lendir bercampur darah
dari kemaluannya.
4.
Riwayat
kesehatan :
a.
Dahulu
Ibu mengatakan dahulu tidak pernah
mempunyai penyakit seperti Tuberculosis,
Diabetes Militus, Asma, Hipertensi, dan Jantung.
b.
Sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang
menderita penyakit Hipertensi, Tuberculosis, Malaria, Asma, Diabetes Militus,
Jantung, HIV/AIDS.
c.
Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada
yang menderita penyakit Diabetes Militus, Tuberculosis, Hipertensi, Hepatitis,
Jantung, Asma, Cacat bawaan dan keturunan kembar.
5.
Riwayat
perkawinan:
Ibu mengatakan menikah 1 kali pada usia
21 tahun dengan suami umur 25 tahun, lama pernikahan 2 tahun, status perkawinan
syah.
6.
Riwayat
obstetri :
a.
Menstruasi
Menarche 13 tahun, siklus 30 hari, lama
5-6 hari, banyaknya 2-3x ganti pembalut/ hari, bau khas, warna merah, HPHT 6
Juli 2012 .
b.
Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan belum pernah hamil.
c.
Riwayat
kehamilan sekarang
1.
Ibu
mengatakan ini kehamilan yang pertama, belum pernah keguguran.
2.
Hari
perkiraan lahir 13 April 2013.
3.
ANC pertama
umur kehamilan : 10 minggu + 5 hari.
4.
ANC 3x di
BPS Diana
Trimester I (1x) : keluhan mual dan
pusing.
Therapi :
Vitonal 1x1 , Omecal-D 1x1.
Trimester II (1x) : keluhan tidak ada
Therapi :
Vitonal 1x1, Omecal-D 1x1.
Trimester III (1x) : keluhan tidak ada
Therapi :
Vitonal 1x1, Omecal-D 1x1.
5.
Ibu
mengatakan belum pernah di suntik TT.
6.
Ibu
mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan dari bidan saja.
7.
Ibu
mengatakan pertama kali merasakan adanya gerakan janin pada usia kehamilan 20
minggu. gerakan janin aktif lebih dari 10 kali dalam 12 jam.
8.
Ibu
mengatakan tidak mempunyai kebiasaan buruk seperti mengkonsumsi minuman
beralkohol, merokok, minum jamu dan memakai narkoba.
7.
Riwayat KB:
Tgl pasangan
|
Oleh
|
Jenis
|
Lama
|
tempat
|
Tgl lepas
|
Alas an
|
1 -2-2011
|
bidan
|
Suntik 3 bln
|
15 bln
|
BPS
|
..-5- 2012
|
Ingin hamil
|
8.
Pola
kebutuhan sehari-hari:
Pola
|
Selama hamil
|
Saat persalinan
|
Nutrisi
|
Makan 3x1 porsi sedang (nasi, sayur, lauk kadang buah).
Minum 6-8 gelas/hari (air putih, kadang-kadang teh)
|
Makan terakhir jam 06:30 WIB
porsi kecil (nasi, sayur dan lauk).
Minum terakhir jam 07:00 WIB (air putih 1 gelas).
|
Eliminasi
|
BAB 1x2 hari, lembek, warna kuning , bau khas feses.
BAK 4-5 x/hari, warna jernih, bau khas urin. |
BAB terakhir jam 05:00 WIB , lembek, warna kuning kecoklatan,
bau khas feses.
BAK terakhir jam 05:00 WIB, warna kuning jernih, bau khas urin.
|
Aktifitas
|
Membantu suami di ladang. Dan mengerjakan pekerjaan rumah setiap
hari.
|
|
Istirahat
|
Tidur malam ±8 jam, kadang-kadang Tidur siang ± 2 jam
|
|
Kebersihan
|
Mandi, gosok gigi, ganti pakaian
2x/hari, keramas 2-3x/minggu.
|
|
Seksual
|
2-3x/ minggu.
Keluhan: tidak ada
|
|
9.
Data
psikososial :
a.
Ibu
mengatakan keluarga sangat mendukung kehamilannya.
b.
Ibu
mengatakan hubungannya dengan keluarga dan masyarakat baik.
c.
Ibu
mengatakan pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.
d.
Ibu
mengatakan rajin beribadah sesuai dengan keyakinannya.
e.
Ibu
mengatakan tinggal satu rumah dengan suami, dan mempunyai hewan peliharaan
kucing ada 5, dan ayam. saat ini sedang tinggal di tempat mertua di jogja 3
hari yang lalu.
10. Data pengetahuan ibu:
a.
Ibu sudah
mengetahui tanda-tanda persalinan.
b.
Ibu sudah
mengetahui tentang ASI eksklusif, dan cara menyusui yang baik dan benar.
B.
Data
Objektif
1.
Pemeriksaan
Umum:
a.
Keadaan
Umum : Baik
b.
Kesadaran : Composmentis
c.
TTV:
·
TD :
120/80 mmHg
·
Nadi : 92 x/ menit
·
Respirasi : 23x/ menit
·
Suhu : 37 oC
d.
TB :
160 cm
e.
BB : 55 kg ( sebelum hamil) 71 kg (sekarang)
f.
LILA : 24,5 cm
g.
IMT : 27,73
2.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Kepala : kulit kepala bersih, rambut tidak mudah
rontok.
b.
Muka : muka tidak ada oedem, tidak ada cloasma gravidarum.
b.
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva
merah muda.
c.
Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip.
d.
Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik.
e.
Mulut : bersih, bibir kering, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries.
f.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada pembesaran kelenjar vena jugularis.
g.
Dada : simetris, tidak ada massa, putting
susu menonjol, areola menghitam, colostrum sudah keluar .
h.
Ketiak : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
i.
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, terdapat strie
gravidarum, terdapat linea nigra. Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar)
dengan usia kehamilan.
Leopod I :
tinggi fundus 2 jari di bawah proxesus xypoideus, teraba bagian bulat lunak
tidak melenting (bokong).
Leopod II : kanan teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas).
Kiri teraba bagian keras, datar
memanjang seperti papan (punggung).
Leopod III : teraba bagian bulat,besar, keras dan melenting
(kepala).
Leopod IV : convergen .
TFU :
40 cm.
TBJ :
(40-12) 155 = 4340 gram.
Auskultasi DJJ: 138x/ menit, jelas dan teratur di punctum maximum, sejajar
dengan pusat
Kontraksi 2x dalam 10 menit, durasi 30
detik.
j.
Genetalia : tidak
ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak ada odema, tidak ada varises, ada
pengeluaran darah pervaginam lendir bercampur darah. Pemeriksaan dalam pukul
09:15 WIB, porsio teraba tebal, pembukaan 4 cm, presentasi kepala teraba
ubun-ubun besar yang melebar, sutura yang
dalam, tulang kepala terasa tipis dan konsistensi kepala
kistik, tidak ada penurunan kepala, selaput ketuban utuh.
k.
Anus : bersih, tidak ada haemoroid.
l.
Punggung : tidak ada kelainan bentuk tulang, tidak
nyeri jika di pukul.
m. Ekstremitas: tidak ada gangguan pada pergerakan, tidak ada
varises, tidak ada oedem, reflek patella +.
n.
Pengukuran
panggul luar :
·
Distansia
Spinarum : 23 cm
·
Distansia
Cristarum : 26 cm
·
Conjugata
Eksterna : 18 cm
·
Lingkar
Panggul : 80 cm
3.
Pemeriksaan
Laboratorium:
a.
Hemoglobin : 12,5 gram%. (5 April 2013)
b.
Urin
reduksi : (-) (5 April 2013)
c.
Golongan
darah : A
- INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. R umur 23 tahun, GIP0A0 Usia
kehamilan 39 minggu, in-partu kala I fase aktif.
Janin tunggal hidup intra uteri puki
preskep dengan hidrosefalus.
Data Dasar
Data Subjektif :
Ibu mengatakan benama Ny. R usia 23
tahun.
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang
pertama dan belum pernah keguguran.
Ibu mengatakan HPHT 6 Juli 2012.
Ibu mengatakan mempunyai hewan peliharaan
kucing ada 5, dan ayam.
Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-
kenceng teratur sejak jam 01:00 WIB, dan keluar cairan lendir bercampur darah
dari kemaluannya
Data Objektif :
Pemeriksaan Fisik
TD: 120/80 mmHg, T: 370C, N:
92x/menit, RR: 23x/menit, Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan
usia kehamilan.
Leopod I :
tinggi fundus 2 jari di bawah proxesus xypoideus, teraba bagian bulat lunak
tidak melenting (bokong).
Leopod II : kanan teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas).
Kiri teraba bagian keras, datar
memanjang seperti papan (punggung).
Leopod III : teraba bagian besar , bulat, keras dan melenting
(kepala).
Leopod IV : convergen .
TFU :
40 cm.
TBJ :
40-12) 155 = 4340 gram.
Auskultasi DJJ: 138x/ menit, jelas dan teratur di punctum maximum, sejajar
dengan pusat
Kontraksi 2x dalam 10 menit, durasi 30
detik.
Genetalia : ada pengeluaran darah pervaginam lendir
bercampur darah. Pemeriksaan dalam pukul 09:15 WIB, porsio teraba tebal,
pembukaan 4 cm, presentasi kepala teraba ubun-ubun besar yang melebar, sutura yang dalam, tulang kepala terasa tipis dan konsistensi kepala kistik, tidak ada penurunan kepala, selaput ketuban
utuh.
B. Masalah
1.
Kepala
belum masuk PAP.
2.
Tinggi
fundus uteri dua jari dibawah proxsesus
xypoideus.
C. Kebutuhan
1.
Dukungan
psikologis pada ibu dan keluarga.
2.
Beri asupan
cairan dan nutrisi pada ibu.
- DIAGNOSA POTENSIAL
1.
Partus akan
berjalan sulit
2.
Kematian
janin
3.
Ruptur
uteri
- ANTISIPASI
TINDAKAN SEGERA
1. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG(k).
2. Lakukan rujukan ke rumah sakit.
- PERENCANAAN
Tanggal :
5 April 2013 jam : 09:20 WIB
1.
Beri tahu
ibu mengenai hasil pemeriksaan.
2.
Beri
dukungan psikologis pada ibu dan keluarga.
3.
Beri asupan
cairan dan nutrisi pada ibu.
4.
Atur
aktifitas dan posisi ibu.
5.
Libatkan
suami untuk pendamping persalinan.
6.
Bimbing ibu
untuk rileks.
7.
Bimbing dan
bantu pasien untuk berkemih.
8.
Lakukan
observasi keadaan pasien, janin dan kemajuan persalinan.
9.
Jaga
kebersihan dan kenyamanan pasien.
10. Beri KIE untuk melakukan rujukan.
- PELAKSANAAN
Tanggal :
5 April 2013 jam
: 09:25 WIB
1.
Memberitahu
ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan, bahwa keadaan ibu baik, namun
kepala janin belum turun karena mengalami kelainan.
2.
Memberikan
dukungan psikologis pada ibu dan keluarga, bahwa janin yang dikandungnya dapat
dilahirkan tapi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang peralatannya
lebih lengkap, sehingga jika terjadi komplikasi dapat segera di tangani.
3.
Memberikan
makan dan minum pada ibu.
4.
Mengatur
aktifitas dan posisi ibu, diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kemampuan.
5.
Melibatkan
suami untuk pendamping persalinan, kehadiran keluarga bertujuan untuk membuat
kenyamanan pada ibu.
6.
Membimbing
ibu untuk rileks saat ada his dengan menarik nafas panjang kemudian dilepaskan
dengan cara meniupkan nafas sewaktu- waktu ada his.
7.
Membimbing
dan membantu pasien untuk berkemih jika ada dorongan ingin berkemih, karena
jika kandung kemih penuh akan mengganggu penurunan kepala.
8.
Melakukan
observasi keadaan pasien, janin dan kemajuan persalinan dengan partograf.
9.
Menjaga kebersihan
dan kenyamanan ibu.
10. Beri KIE untuk melakukan rujukan.
11. Merujuk ke Rumah Sakit.
- EVALUASI
Tanggal :
6 maret 2013 jam:
10:15 WIB
1.
Ibu dan
keluarga sudah mengetahui keadaan ibu dan janinnya.
2.
Kandung
kemih kosong.
3.
Suami
bersedia untung mendampingi persalinan ibu.
4.
Hasil
observasi :
Jam
|
TD
|
N
|
R
|
T
|
His
|
DJJ
|
Urin
|
09:15
|
120/90
|
92
|
23
|
37
|
2x/10’/30”
|
138
|
-
|
09:45
|
|
88
|
|
|
2x/10’/35”
|
132
|
-
|
10:15
|
|
90
|
25
|
|
3x10’/35”
|
136
|
-
|
5. Ibu dan keluarga tampak tenang untuk menghadapi proses
persalinannya.
6.
Pasien telah
dirujuk ke RS Jogja.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar,
terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu
penyebab distosia itu adalah kelainan pada janin. Kelainan janin yang dapat
terjadi anatara lain meliputi bayi besar, hydrocephalus, anencephalus, kembar
siam dan gawat janin. Peran bidan dalam mengangani kasus ini adalah dengan
kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas
yang lengkap.
B.
Saran
1. Sebaiknya persalinan dengan gawat janin dilakukan di
rumah sakit atas kolaborasi dengan dokter
2. Kehamilan gawat janin harus secepatnya dideteksi untuk
menghindari komplikasi terutama pada janin
3.
Peran bidan
dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapat dideteksi secara dini
melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak ada keterlambatan dalam merujuk.
Dengan adanya ketepatan penanganan bidan yang segera dan sesuai dengan
kewenangan bidan, diharapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Biran,dkk.2010.Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Djoko,dkk.2008.Buku Acuan
Nasioal Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Dr.manuaba,dkk.2005.Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta:EGC
Ending,sudarti.2010.Asuhan
Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Yogyakarta: Nuha Medika
Marmi,dkk.2011.Asuhan
Kebidanan Patologi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Nugroho,taufan.2012.Patologi
Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika
Nuswantari,dyah.1998.Kamus
Kedokteran Dorland edisi 25.Jakarta: EGC
Prof.dr.mochtam,rustam.1998.Sinopsis
Obstetri Edisis 2.Jakarta:EGC
Prof.R.sastrawinata,sulaiman.1981.Obstetri Patologi.Bandung:bagian Obstetri dan Ginekologi fakultas
kedokteran Unpad Bandung
Prof.R.sastrawinata,sulaiman.1981.Obstetri Patologi.Bandung:bagian Obstetri dan Ginekologi fakultas
kedokteran Unpad Bandung
Sandra,nikola.2005.Kamus
Kebidanan Bergambar.Jakarta:EGC
William.harry.2010.Ilmu Kebidanan
Patologi dan Fisiologi Persalinan.Yogyakarta:Yayasan esensia medika
Tim pengampu askeb I.2012.Buku
panduan praktikum asuhan kehamilan.Yogyakarta: stikes guna bangsa
http://health.detik.com/readpenyakit/353/kembar-siam
http://books.google.co.id/books/222/gawat-janin
Tanggapan, masukkan dan pertanyaan dari hasil presentasi
Tria Yulianti SP
tolong pada etiologi dari anencefalus di perbaiki space nya,
dan menanyakan HPHT nya tidak ada di
data objektif?
Jawaban
iya, trimakasih atas masukkanya pada etiologi dari anencefalus
memang space nya tidak rapi, kami sudah berusaha untuk merapikan namun kami
mohon maaf ini karena keterbatasan kami dalam menggunakan system IT nya tidak
bisa mengatur sehingga menjadi rapi, dan ini kita menulis berdasarkan buku
bukan mengambil dari blog (internet). Untuk HPHT kita sudah mencatat di data
subjektifnya jadi kami merasa tidak perlu untuk mencantumkannya di data
objektifnay, karena menurut kami tidak perlu untuk menuliskan data yang sama
jika sudah pernah kita cantumkan di penulisan sebelumnya.
Diastri
Satrian W
Kenapa di kasusnya hanya biasa-biasa saja, kok di nyatakan
hidrosefalus?
Kenapa TFU nya saat di pemeriksaan leopod dengan di interpretasi
data bagian masalah tidak sama?
Kalian melakukan rujukan ke RS pada saat kondisi ibu seperti apa,
dan pada kala berapa, dan kenapa partografnya tidak ada?
Jawaban
Memang kami dalam membuat kasusnya terlihat biasa, kita menyatakan
hidrosefalus berdasarkan dari pemeriksaan fisik.
Kami mohon maaf karena kurang teliti dalam mengerjakannya dalam
penulisan di pemeriksaan leopod dengan di interpretasi data bagian masalah.
Kami melakukan rujukan ke RS dengan keadaan pasien baik-baik saja,
dan merujukknya pada saat masih kala I karena pasien sudah dalam fase aktif
persalinan palpasi kepala janin masih
5/5.
Kami mohon maaf Dias, sebenarnya partografnya ada namun pada saat
memperbanyak makalah yang kita bagi-bagikan ke teman-teman partografnya tidak
kita cantumkan.
Hestu
Gilar Pratiwi
Kenapa keluhan pada trimester I, II, dan III tidak ada, mungkin
bisa di tambahkan, dan kenapa ada pembukaan sampe 4 cm padahal kepala janin
belum masuk PAP?
Jawaban
Iya, terimakasih atas masukkannya, tapi disini kita asumsikan
bahwa pasien baru datang ke tempat kita untuk yang pertama kalinya dan pada
saat ANC sebelumnya tidak di tempat kita, jadi kita tidak menanyakan lagi
keluhan yang dirasakan pasiennya saat trimester yang sebelum-sebelumnya. Dan
pembukaan persalinan itu tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan kepala janin
saja (passanger) tetapi ada yang lainnya yang dapat mempengaruhi terjadinya
pembukaan yaitu biasa kita kenal dengan istilah “5P” yaitu power, passage,
passanger, penolong dan psikologis ibu.