Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema
pallidum, yang menyerang manusia, bersifat kronis, sistemik dan dapat
mengenai semua bagian tubuh, dapat bersifat laten selama bertahun-tahun,
menular serta dapat diobati. Sifilis kongenital adalah sifilis yang ditularkan
oleh ibu kepada janinnya secara intra uterin. Nama lainnya adalah luesconnate,
syphilis connata, venereal, penyakit raja singa.
Pada abad ke-15, sifilis merupakan wabah di Eropa, tapi
sesudah tahun 1860, morbiditas penyakit ini menurun dengan cepat. Selama perang
dunia ke II, insiden sifilis meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1946,
dan setelah ditemukan penisilin menurun dengan cepat. Di Eropa dan Amerika
Serikat insiden sifilis kongenital pada umumnya menurun sekitar tahun 1970
sampai awal 1980, namun dalam beberapa tahun terakhir tampak adanya peningkatan
insiden sifilis kongenital. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan peningkatan
insiden primer dan sekunder pada wanita usia subur yang berumur 15-29 tahun. Di
samping itu, sifilis congenital merupakan penyebab 20-30% kematian bayi perinatal.2
Gambaran klinis sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis
kongenital dini (timbul sebelum usia 2 tahun), serta sifilis kongenital lanjut
(timbul setelah usia 2 tahun). Hampir semua kasus sifilis didapat melalui
kontak seksual langsung dengan lesi dari individu yang terjangkit sifilis aktif
primer ataupun sekunder. Sifilis dapat ditransmisikan secara kongenital dari
ibu yang terinfeksi melalui plasenta ke janin. Transmisi lain yang mungkin
namun jarang terjadi termasuk transfusi darah, kontak personal non seksual,
inokulasi langsung yang tidak disengaja. Prinsip pengobatan sifilis kongenital
adalah penggunaan penisilin sebagai obat pilihan, baik pada ibu hamil maupun
pada bayi. Pengamatan pasca pengobatan pada bayi dilakukan secara bertahap,
biasanya pada usia 2, 4, 6, 12 dan 15 bulan.
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin
dalam uterus dari ibunya yang menderita sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap
janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan.
Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu,
karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih
belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema
pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul
pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun
pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
Sifilis kongenital adalah penyakit yang dapat dicegah, yaitu
melalui deteksi sifilis selama kehamilan. Tindakan utama pada pencegahan
sifilis kongenital adalah identifikasi dan pengobatan wanita hamil yang
teriinfeksi sifilis, karena pengobatan sifilis pada kehamilan dengan
menggunakan penisilin dapat mencegah infeksi kongenital sampai 98%. Tes
serologi (VDRL dan TPHA) harus dilakukan pada perawatan kehamilan (prenatal
care), yaitu saat kunjungan pertama, sedangkan pada kelompok risiko
tinggi, dilakukan pada pemeriksaan ulang pada usia kehamilan 28 minggu dan saat
persalinan. Apabila dijumpai hasil tes seropositif, harus diberikan pengobatan.
Namun, kehamilan kadang menimbulkan tes nontreponema positif palsu, dan pada
keadaan seperti ini dilakukan anamnesis yang rinci, pemeriksaan fisik cermat
dan pengamatan serologik. Bila tidak memungkinkan, diberikan terapi, terutama
bila titer pada pemeriksaan VDRL > 1:2 pada pemeriksaan pertama.
Bayi dengan test serologik reaktif perlu dilakukan
pemeriksaan nontreponema beberapa kali setelah pengobatan sampai diperoleh
hasil nonreaktif. Biasanya dilakukan pada usia 2, 4, 6, 12 dan 15 bulan.
Pada bayi dengan
sifilis kongenital, tes serologik nontreponema biasanya menjadi nonreaktif
dalam waktu 12 bulan setelah terapi adekuat. Adanya tes treponema reaktif
setelah anak berusia lebih dari 15 bulan, saat anak sudah tidak memiliki
antibody maternal, membantu menegakkan diagnosis sifilis kongenital. Hasil
serologik CSS yang reaktif 6 bulan setelah terapi sifilis kongenital, merupakan
indikasi pengobatan ulang, demikian pula bila titer menetap.
Prognosis sifilis kongenital bergantung periode munculnya
gejala, kerusakan yang terjadi, dan penatalaksanaan. Semakin dini gejala
muncul, semakin banyak jaringan yang rusak dan penatalaksanaan yang kurang
tepat maka akan semakin buruk prognosisnya. Kelainan yang ditimbulkan stigmata
sifilis kongenital akan menetap, misalnya gigi huchinton, keratitis
interstitial, ketulian nervus VIII, dan Clutton’s joint. Meskipun
telah diobati, tetapi pada 70% kasus ternyata tes reagin tetap positif.
Sifilis dapat dicegah melalui deteksi sifilis
selama kehamilan. Dateksi dini dilakukan dengan memberikan konseling saat
melakukan kunjungan di layanan kesehatan. Konselingnya dapat berupa selalu
menjaga personal hygine, menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
dengan suami, dan melakukan pengobatan jika sudah terdeteksi sifilis, dan dapat
juga menganjurkan klien untuk memeriksakan keadaannya dengan rutin.
Daftar Pustaka
Murtiastuti D. Sifilis. Dalam : Barakbah J,
Lumintang H,Martodhiharjo S, editor. BukuAjar Infeksi Menular Seksual. Edisi 2.
Surabaya : Airlangga University Press. 2008.145-148.
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: FKUI.
Webmaster. Shypilis. Disitasi dari : http://www.uveitis.org/images/syphil1.htm
pada tanggal : 18 Februari 2009. Last Update : Januari 2009.