KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil'alamin, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah dan inayah-Nya, suatu kebahagiaan tiada terkira, satu keagungan dari Sang Pencipta Allah SWT melalui tangan dan pikiran kami Insya Allah dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan serta menyajikan makalah kami yang tersusun masih sangat sederhana.
Kami ucapkan terimakasih kepada pembimbing kami dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasisiwi kebidanan pada
khususnya. Semoga makalah ini dapat menjadi pemandu dalam kehidupan kita. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu demi pengembangan kreativitas kami dan kesempurnaan makalah
ini, sangat kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca, baik dari segi
isi, istilah, serta pemaparannya untuk memperbaiki makalah
yang kami buat selanjutnya.
Yogyakarta,
5 April 2013
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Letak lintang terjadi
pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di mayo clinik maupun di
university of lowa Hospital, USA. Di perkland Hospital dijumpai letak lintang
padaa 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun. Beberapa
rumah sakit diindonesia melaporkan angka kejadian letak lintang,antara lain
RSUD dr Pirngadi Medan 0,6%, RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%, RSUD dr.Cipto
Mangunkusumo selam 5 tahun 0,1%, sedangkan Greenhill menyebut 0,3% dan Holland
0,5-0,6%. Insidens pada wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10
kali lebih besar dari nulipara.
B.
Tujuan
1.
Agar mahasiswa
mengetahui tanda gejala letak lintang
2.
Agar mahasiswa mengetahui cara penanganan letak lintang.
3.
Agar mahasiswa mampu
member asuhan pada letak lintang.
BAB II
TINJUAN TEORI
A.
Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin melintang (sumbu panjang
janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak
lintang oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara karena
kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat
persalinan. Di Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang
yang tidak stabil. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam
bentuk kelainan dalampersalinan(distosia)1,2,3 .
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi 3.
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi 3.
Letak lintang terjadi pada 1 dari 322
kelahiran tunggal (0,3%) baik di mayo clinik maupun di university of lowa
Hospital, USA. Di perkland Hospital dijumpai letak lintang padaa 1 dari 335
janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun. Beberapa rumah sakit
diindonesia melaporkan angka kejadian letak lintang,antara lain RSUD dr
Pirngadi Medan 0,6%, RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%, RSUD dr.Cipto Mangunkusumo
selam 5 tahun 0,1%, sedangkan Greenhill menyebut 0,3% dan Holland 0,5-0,6%.
Insidens pada wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10 kali lebih
besar dari nulipara1,3. Dengan ditemukan letak lintang pada pemeriksaan
antenatal, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi
luar.Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu
maupun janinnya. Factor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak
lintang disamping kemungkinan terjadi letak lintang kasep dan rupture uteri,
juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta tauma akibat versi
ekstraksi untuk melahirkan janin.
B.
Patofisiologi
Kondisi ini terjadi bila sumbu panjang janin sekitar tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik. Letak lintang OBLIQ biasanya hanya terjadi sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat persalinan. Oleh karena, di Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagailetalintangyangtidakstabil.
Pada letak lintang biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul sedangkan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada keadaan yang disebut sebagai presentasi bahu ini, arah akromion yang menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenisletaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan. Lebih lanjut, karena pada kedua posisi tersebut, punggung dapat mengarah ke anterior atau ke posterior, ke superior atau inferior, biasanya jenis letak lintang ini dapat dibedakan lagi menjadi letak lintang dorsoanterior dan dorsopsterior.
Pada letak lintang biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul sedangkan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada keadaan yang disebut sebagai presentasi bahu ini, arah akromion yang menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenisletaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan. Lebih lanjut, karena pada kedua posisi tersebut, punggung dapat mengarah ke anterior atau ke posterior, ke superior atau inferior, biasanya jenis letak lintang ini dapat dibedakan lagi menjadi letak lintang dorsoanterior dan dorsopsterior.
C. Etiologi
Penyebab dari letak lintang merupakan
kombinasi dari berbagai factor antara lain :
1.
Fiksasi kepala tidak ada,karena panggul sempit,
hedrosefalus,anensefalus,plasenta previa,dan tumor-tumor pelvis.
2.
Janin bergerak pada hidromnion,multiparitas,anak kecil,atau
sudah mati.
3.
Gemeli (kehamilan kembar).
4.
Kelainan uterus seperti arkuatus,birkonus atau septum.
Kelima
skoliosis lumbal.
6.
Rakasa
7.
Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh
Sebab terpenting terjadinya letak lintang
ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek, sedangkan
menurut Williams obstetric, penyebab utama letak lintang adalah :
1.
Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas
yang tinggi.
Kedua
Janin prematur
3.
plasenta previa
4.
Uterus normal
5.
Cairan amnion berlebihan
6.
Panggul sempit.
D.
Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan
inspeksi. Uterus tampak melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit
diatas umbilicus sehingga lebih rendah tidak sesuai umur kehamilan 1,2. Pada
palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu fossa
iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain, dan diatas simfisis juga kosong,
kecuali bila bahu sudah turun kedalam panggul.Apabila bahu sudah masuk kedalam
panggul pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila
ketiak dapat diraba,arah menutupnya menunjukan letak dimana kepala janin
berada. Kalau ketiak menutup kekiri, kepala berada disebelah kanan. Denyut
Jatung Janin ditemukan disekitar umbilicus,pada saat ang sama, posisi punggung
mudah diketahui. Punggung dapat ditentukan dengan terabanya scapula dan ruas
tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya klavikula. Pada pemeriksaan
dalam, pada tahap awal
persalinan,bagian dada bayi, jika dapat diraba dapat dikenali dengan adanya
“rasa bergerigi”dari tulang rusuk. Bila dilatasi bertambah, scapula dan
klavikula pada sisi thoraks yang lain akan dapat dibedakan. Bila punggungnya
terletak dianterior, suatu dataran yang keras membentang dibagian depan perut
ibu, bila punggungnya diposterior, teraba nodulasi ireguler yang menggambarkan
bagian-bagian kecil janin dapat ditemukan pada tempat yang sama. Kadang –kadang
dapat pula diraba tali pusat yang menumbung 1,2. Pada tahap lanjut persalinan,
bahu akan terjepit erat dirongga panggul dan salah satu tangan atau
lengansering mengalami proplaps kevagina dan melewati vulva.
E.
Mekanisme kerja
Pada letak lintang dengan ukuran
panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan.
Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan,akan menyababkan kematian janin dan
rupture uteri. Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin
akan dipaksa masuk kedalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi
bahu dan tangan yang sesuaisering
menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu
atas panggul,dengan kepala disalah satu fossa iliakadan bokong pada fossa
iliaka yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat
dibagian atas panggul. Janin tidak dapa turun lebih lanjut dan terjepit dalam
rongga panggul.Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus
berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta
minipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan
terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang
kasep, sedangkan janin akan meninggal. Bila tidak segera dilakukan pertolongan,
akan terjadi rupture uteri (sehingga janin akan meninggal sebagian atau
seluruhnya keluar dari uterus dan masuk kedalam rongga perut) atau kondisi
dimana his menjadi lemah karena otot rahim kecapekan dan timbulah infeksi
inerauterine sampai terjadi tymponia uteri. Ibu juga berada dalam keadaan
sangat berbahaya akibat perdarahan dan infeksi,dan sering kali meninggal pula.
Bila janin amat kecil (biasanya kurang dari 800gr) dan panggul sangat lebar,
persalinan spontan dapat terjadi meskipun kelainan letak tersebut menetap.
Janin akan tertekan dengan kepala terdorong keabdomen bagian dinding dada
dibawah bahu kemudian menjadi bagian yang paling bergantung dan tampak divulva.
Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan dan bayi
dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir
dengan evolusio spontanea dengan 2 variasi yaitu mekanisme Denman dan mekanisme
dari douglas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi
kuat dibagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah bokong dan kaki turun
dirongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala, pada
cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong
dan kaki,sehingga bahu,bokong dan kaki lahir. Selanjutnya disusul oleh lahirnya
kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin
dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.
F.
Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan anenatal
ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi
kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus melakukan
pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau
plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar
berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah jnin memutar
kembali dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal
ulang untuk menilai letak janin.Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini
pada permulaan persaalinan, sebagai bila terjadi perubahan letak, segera dapat
ditentukan diagnosi dan penanganannya.Pada permulaan persalinan masih dapat
diusahakan mengubah letak lintang menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan
masih kurang dari 4cm dan ketuban belum pecah.Pada seorang primigravida bila
versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea.Sikap ini
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a)
Bahu tidak dapat melakukan dilatasi servik dengan baik, sehingga pada seorang primigravida kala 1 menjadi lama dan pembukaan servik sulit menjadi lengkap.
b)
Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan
intra uteri pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum
pembukaan servik sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapus funikuli.
c)
Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara tergantung pada beberapa factor. Bila riwayat obsetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan servik lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi, selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau mengejan. Bila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan ada prolapus funikuli, maka tergantung pada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea, dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancer atau tidak . Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangakan pada janin yang sudah mati dilahirkan pervagina dengan dekapitasi.
BAB III
Ikhtisar KASUS
Seorang ibu umur 22 tahun, HPHT 11
September 2012, HPL 18 Juni 2013usia kehamilan 29+2 minggu. Ibu
mengeluh perut sebelah kiri sering terasa nyeri seperti ada tekanan dari dalam,
bila diraba sedikit menonjol, perutnya sebelah kanan sering terasa ada gerakan
janin.
MANAGEMEN KEBIDANAN
USIA KEHAMILAN 29+2 MINGGU DENGAN LETAK LINTANG
DI BPM RAHAYU
Tanggal penilaian : 5 April 2013
Jam :
09.15 WIB
Jenis penelitian : Autoanamnesa
I.
PENGAKAJIAN
A.
Subjektif
1.
identiitas
Nama : Ny. H Nama Suami : Tn. M
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : islam
Etnis / ras : Jawa / Indonesia Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : perum candi Alamat : perum candi
2.
Anamnesa
Alasan datang : ingin memeriksakan kehamilannya
Keluhan utama : ibu mengeluh perut sebelah
kiri sering terasa nyeri seperti ada tekanan dari dalam, bila diraba sakit
menonjol.
3.
Sejarah Kesehatan
a.
Riwayat kesehatan
yang lalu
DM :
tidak ada
Jantung :
tidak ada
Hipertensi : tidak ada
TBC :
tidak ada
Hepatitis : tidak ada
IMS :
tidak ada
b.
Riwayat kesehatan
sekarang
DM :
tidak ada
Jantung :
tidak ada
Hipertensi : tidak ada
TBC :
tidak ada
Hepatitis : tidak ada
IMS : ADA
c.
Riwayat kesehatan
keluarga
DM :
tidak ada
Jantung :
tidak ada
Hipertensi : tidak ada
TBC :
tidak ada
Hepatitis : tidak ada
IMS :
tidak ada
4.
Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan
menikah dengan sah, menikah 1 kali, usia pertama menikah 20 tahun, lama menikah
2 tahun
5.
RIWAYAT Obstetri
a.
RIWAYAT Haid
Menarce :
usia 14 tahun
Siklus :
28 hari, teratur
Lama :
6 – 7 hari
Volume :
hari 1 – 2, ganti pembalut 2X, penuh
Hari 3 – 5, ganti pembalut 2X, ½ penuh
Hari 6 – 7, ganti pembalut 2X, flek – flek
Disminore : ADA
Flour albus : tidak ada
b.
Riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini kehamilan
pertamanya
c.
Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi apapun
d.
Riwayat kehamilan
sekarang
HPHT : 11 September 2012
UK : 29 + 3 minggu
HPL : 18 Juni 2013
Trimester I : 2 x
Keluhan : mual
Suplemen : Vit B6, anelat
Nasihat : - makan sedikit tapi sering,
lakukan olahraga ringan dan banyak istirahat
Trimester II : 1x
Keluhan : pusing
Nasihat : menganjurkan banyak istirahat
6.
Pola kebiasaan sehari –
hari
a.
Pula nutrisi
Sebelum hamil
-
Makan : 3X/ hari
Menu : nasi 1 porsi sedang, sayur ½
mangkuk, lauk 2 potong
-
Minum : ±6 – 8 gelas/ hari,
Tension : udara putih, udara
Selama hamil
-
Makan : 3x/ hari
Menu : nasi 1 porsi sedikit, sayur ½
mangkuk, lauk 1 potong
-
Minum :± 6 – 7 gelas/ hari
Tension : udara putih, udara
b.
Pola Eliminasi
Sebelum hamil
-
BAK : ± 3 – 4x/ hari, warna jernuh
kekuningan, bau khas urine, keluhan tidak ada
-
BAB : ±1 – 2x/hari, warna kuning kecoklatan, bau
khas, konsistensi lembek, keluhan tidak ada
Selama
hamil
-
BAK : ± 4 - 6X / hari, warna kuning jernih, bau khas urine, keluhan perih
-
BAB : ±1x/hari, warna kuning kecoklatan, bau khas,
konsistensi lembek, keluhan tidak ada
c.
Hygine Pribadi
Sebelum hamil
Mandi : 2x / hari
Gosok gigi : 2x / thread
Mencuci rambut ; 1x dalam 2 hari
Membersihkan genetalia : saat mandi dan setelah selesai
BAK danBAB
Ganti pakaian : 1x / hari
Selama hamil : tidak ada perubahan
d.
Pola hubungan seksual
Sebelum hamil : melakukan hubungan 3 – 4x
dalam minggu, keluhan tidak ada
Selama hamil : melakukan hubungan 2x dalam 1 minggu, keluhan terasa sakit dan perih pada genetalia
e.
aktifitas Polandia
Sebelum
hamil : ibu
terbiasa melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu,
mencuci,
masak tanpa bantuan siapapun
Selama hamil : tidak ada perubahan
f.
Pola istirahat
Sebelum hamil : tidur malam 8 jam, tidur siang 1
jam, keluhan tidak ada
Selama hamil : tidak ada perubahan
7.
psikososial data
- Ibu mengatakan tinggal bersama dengan suaminya
-
hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangganya baik
-
ibu mengatakan sangat bahagia dengan kehamilannya yang pertama
-
kehamilan ini sangat diharapkan
- Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami
8.
Data yang spiritual
-
Ibu dan keluarga taat menjalankan ibadah
Selama hamil ibu tidak pernah puasa
9.
data Sosial Budaya
Ibu tidak menganut budaya yang dapat
merugikan kesehatan ibu dan bayinya
10.
data ekonomi
Penghasilan keluarga didapat dari suami yang bekerja di bidang swasta
B.
Tujuan
1.
Pemeriksaan umum
Kondisi Umum : baik
Kesadaran : CM
TTV :
TD : 120/80 mmHg
R : 24X / m
S : 36,5˚C
N : 80X / m
BB sebelum : 49 Kg
Sekarang : 56 kg
TB : 150 Cm
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Kepala dan muka
Rambut :
hitam, bersih, tidsk mudsh rontok
Muka :
tidak pucat, tidak ada oedem
Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, fungsi penglihatannormal
Hidung :
bersih, tidak ada polip, fungsi normal
Mulut : bersih, tidak pembengkakan gusi, tidak ada caries gigi
Telinga :bersih,tidakadasecret,simetris,fungsipendengaran
normal
b.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid
c.
Dada dan payudara
-
dada
inspeksi : tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
Auskultasi :
bunyi nafas dan jantung normal
- payudara
inspeksi :
payudara membesar, Tegang, hyperpigmentasi areola, putting menonjol
Palpasi :
tidk ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
colostrums
belum keluar
. d
Abdomen :
inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, perut bagian
kiri terasanya nyeri.
Palpasi
Leopold I :tidak ada bagian yang teraba
Leopold II :
pada dinding perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan
ektermitas janin, pada perut ibu sebelah kanan teraba kerass, bulat,
kemungkinan kepala janin.
Leopold III :
pada bagian terbawah perut ibu teraba kosong.
Leopold IV : tidak dapat dilakukan.
Auskultasi
DJJ : (+) 130x / menit
e.
genetalia
Ada vesikel yang multiple didaerah vulva
f.
Ekstremitas
Atas : tidak ada oedem, mampu bergerak bebas
Bawah : tidak ada oedem, tidak ada varises, mampu bergerak bebas
Reflek patella : KANAN / Kiri positif
3.
Pemeriksaan penunjang
Protein urin : (-) dari 5 April 2013
Hb : 11gr% pada April 5, 2013
USG, 27 Maret 2013
II.
Interpretasi Data Dasar
A.
Diagnosa kebidanan
Ny
. H umur 22 tahun G1P0A0 usia kehamilan 29+2 minggu,janin tunggal,
hidup, intrauteri, letak lintang
Data Dasar
DS:
ibu mengatakan umurnya 22 tahun
Ibu mengatakan HPHT 11 September 2012
Ibu mengatakan perut sebelah kiri sering
terasa nyeri.
DO:
Pemeriksaan umum
TG : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Pernapasan : 24x / menit
Suhu : 36,5 o c
Nadi : 80x / berpikir
TB : 150 cm
BB sebelum : 49 kg
Sekarang : 56 kg
Palpasi :
Leopold
I : tidak ada bagian yang teraba
Leopold II :pada
dinding perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstermitas janin, pada perut ibu sebelah
kanan teraba keras, bulat,kemungkinan kepala janin.
Leopold III :
pada bagian terbawah
perut ibu teraba
kosong.
Leopold IV : tidak dapat dilakukan.
DJJ : (+) 130x / menit.
B.
Masalah
a.
Ibu nyeri perut bagian
kiri seperti adatekanan dari dalam
b.
Ibu merasa cemas
C.
Kebutuhan
a.
Menganjurkan ibu untuk
istirahat dan relaksasi
b.
Dukungan kepada ibu untuk mengurangi rasa cemas
III. Diagnosa potensial
Komplikasi pada ibu :perdarahan
antepartum, perdarahan post partum,rupture uteri, sepsis, pireksia
Komplikasi kuali Janin : prematuritas, umbilikus prolaps, maserasi, asfiksia.
IV. Tindakan Segera
Berkolaborasi dengan dokter ahli SPOG
dan melakukan rujukan
V.
Perencanaan
Tanggal 4 April 2013 09.20 WIB reuse
1.
Beritahu ibu dan
keluarga tentang kondisi ibu saat ini.
2.
Berikan contoh dan
anjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau posisi lutut dada.
3.
Jelaskan kepada ibu
tentang komplikasi bagi ibu dan janin.
4.
rujuk ibu kedokter SpOG
5.
Anjurkan ibu untuk
kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika ada keluhan.
VI. Pelaksanaan
Tanggal 4 April 2013 09.25 WIB reuse
1.
Memberitahu pada ibu dan
keluarga tentang kondisi ibu.
2.
Memberikan contoh dan
menganjurkan ibu untuk melakukanknechest atau posisi lutut dada setiaphari
minimal 2x selama 5 menit, untuk mengembalikan posisi bayinya menjadi
presentasi kepala.
3.
Menjelaskan kepada ibu
tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang bisa ditimbulkan dari kelainan letak
lintang.
4.
Merujuk ibu ke dokter
SPOG untuk penanganan selanjutnya.
5.
Menganjurkan ibu untuk
kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika ada keluhan.
VII.Evaluasi
Tanggal 4 April 2013 09.45 WIB reuse
1.
Ibu dan keluarga telah
mengetahui keadan ibu.
2.
Ibu mengerti dan
bersedia untuk melakukannya.
3.
Ibu mengerti dan
memahami komplikasi yang akan timbul.
4.
Ibu bersedia melakukan
rujukan.
5.
Ibu bersedia untuk
melakukan kunjungan ulng 2 minggu lagi atau jika ada keluhan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Letak lintang adalah suatu kondisi dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Letak lintang merupakan salah satu malprestasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam persalinan.Letak lintang merupakan kondisi yang berbahaya karena besarnya kemungkinan resiko kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin. Oleh karena itu, jika seseorang ibu mengalami kehamilan dengan letak lintang harus segera mendapatkan penanganan dari dokter spsialis kebidanan.
B. Saran
1.
Diharapkan bagi ibu hamil dapat mengetahui tanda-tanda kehamilan letak lintang.
2.
Diharapkan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa
kebidanan dapat menjelaskan mengenai kehamilan letak lintang.
3.
Diharapkan bagi mahasiswa kebidanan dapat melaksanaan asuhan kebidanan patologis pada kehamilan premature.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H. (Ed.). 2007. Ilmu
Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Bowes, W. 2006. Manajemen Janin dalam Lie Transverse . www. Uptodate.com
Editor Saifudin Abdul Bari, dkk. Buku
Acuhan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal. 2008. Jakarta : Yayasan Bina
Pusaka Sarwono Prawirohardjo