Pada penderita tekanan darah tinggi dimana
tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti tekanan darah
tinggi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari
penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan
untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih,
tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan
pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung,
ginjal dan diabetes mellitus.
Prinsip diet pada penderita tekanan darah
tinggi adalah sebagai berikut :
· Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
· Jenis dan komposisi makanan disesuaikan
dengan kondisi penderita.
· Jumlah garam dibatasi sesuai dengan
kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah
garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam
dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari
¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
A. MENGATUR MENU MAKANAN
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan
bagi penderita tekanan darah tinggi untuk menghindari dan membatasi makanan
yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah,
sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung. Makanan yang
harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi
(otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan
garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng
(sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan
sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine,
keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti
daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi,
terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada
umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung
alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR BAHAN PANGAN :
1. Serelia, dan umbi-umbian serta hasil
olahannya: beras, jagung, sorgum, cantle, jail, sagu, ubi, singkong, kentang,
talas, mie, roti, bihun, oat.
2. Sayuran: Sayur daun: kangkung, bayam,
pucuk labu, sawi, katuk, daun singkong, daun pepaya, daun kacang, daun
mengkudu, dan sebagainya. Sayur buah: kacang panjang, labu, mentimun, kecipir,
tomat, nangka muda, dan sebagainya. Sayur akar: wortel, lobak, bit, dan
sebagainya.
3. Buah: jambu biji, pepaya, jeruk, nanas,
alpukat, belimbing, salak, mengkudu, semangka, melon, sawo, mangga.
4. Kacang-kacangan dan hasil olahnya
(tempe, tahu) serta polong-polongan.
5. Unggas, ikan, putih telur.
6. Daging merah, kuning telur.
7. Minyak, santan, lemak (gajih), jeroan,
margarine, susu dan produknya.
8. Gula, garam.
STOP : KONSUMSI DAGING KAMBING DAN
DURIAN
Cara mengatur diet untuk penderita tekanan
darah tinggi adalah dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula
merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin
atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki
rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk
menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan
garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat
memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian
kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah
natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg
kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium)
kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium).
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi:
2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat
memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari
rata-rata 808 mg.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein,
kalori, kalsium dan natrium yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian tekanan
darah tinggi karena kehamilan. Namun pada ibu hamil yang tekanan darah tinggi
apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin (pre eklampsia), selain
obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur serta meningkatkan
makanan sumber Mg (sayur dan buah-buahan). Contoh menu pada seorang penderita tekanan
darah tinggi laki-laki umur 55 tahun, TB = 175 cm, BB = 80 kg, Tekanan darah =
160/100 mHg dengan aktivitas ringan.
IMT =
-------------- = 26,13 (gemuk)
1,75 x 1,75
BB ideal = (175-100) – 10% (175-100) = 67,5
kg
Penurunan BB menjadi 75 kg masih dalam
batas > 10%.
Jadi kebutuhan energi dari laki-laki
tersebut diatas adalah :
BMR = (11,6 x 75) + 879 = 870+ 879 = 1749
AKG = 1,56 x 1749 = 2728 Kkal.
Karena kegemukan, sehingga total kalori
diturunkan menjadi 2500 Kkal.
Kebutuhan karbohidrat : 65% x 2500 = 1625
kkal = 406,25 gram (60-65%)
Kebutuhan protein : 20% x 2500 = 500 kkal =
100 gram (15-25%)
Kebutuhan lemak : 15% x 2500 = 375 kkal =
41,66 gram (10-15%)
B. SUPLEMENTASI ANTI OKSIDAN
Walaupun suplementasi anti oksidan masih
memerlukan penelitian lebih lanjut, namun saat ini banyak sekali suplemen yang
dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai tenaga medis harus berhati-hati
memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak terjadi overdosis.
1. Vitamin dan penurunan homosistein :Asam
folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang
essential untuk metabolisme homosis tein. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit
arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan
risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang rendah juga berkaitan dengan
peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang
berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan
konsentrasi homositein yang tinggi.
Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler
2. 2. Kacang kedelai dan isoflavon :
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki
aktivitas estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan
bahwa isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol
HDL. Sehingga dianjurkan mengkonsumsi protein kedelai (20 – 50 gram/hari)
dengan modifikasi diet pada penderita dengan kadar kolesterol (total dan LDL)
yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses fermentasi,
dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan untuk
di konsumsi oleh penderita tekanan darah tinggi sebagai sumber protein nabati.
3. Tempe : Tempe adalah salah satu makanan
tradisional Indonesia, hasil fermentasi kaping rhizopus ohgosporis atau
rhizopusoryzal pada biji kedelai yang telah direbus. Ada berbagai macam tempe,
yang dibicarakan disini adalah tempe yang terbuat dari kedelai, yang merupakan
produk kompak, terbungkus rata oleh miselium kaping sehingga nampak berwarna putih,
dan bila diiris kelihatan keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara
miselium. Fermentasi kaping menghasilkan perubahan pada tekstur kedelai,
menjadi empuk dan nilai zat gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai.
Manfaat Tempe :
Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik,
terutama bagi penderita hiper kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata
tempe dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya
penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak tidak jenuh
ganda. Sehingga penderita tekanan darah tinggi dianjurkan untuk mengkonsumsi
tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh. Tempe juga mengandung zat
anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri
granpositif serta penyebab diare (salmonella sp dan shigella sp). Oleh karena
itu, tempe juga dianjurkan untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.
Nilai Gizi Tempe :
• Protein
Enzim-enzim yang dihasilkan kaping,
menghasilkan asam amino bebas, sehingga kadarnya meningkat sampai 85 kali kadar
protein kedelai.
• Karbohidrat
Kedelai mengandung karbohidrat berupa
sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa (2 terakhir menyebabkan pembentukan gas
dalam perut). Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.
• Lemak
Enzim dalam kaping dapat menurunkan kadar
lemak total dari 22,2% menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak bebas
dari 0,5% menjadi 21%.
• Mineral
Didalam kedelai terdapat asam fitat yang
merupakan senyawa forfose, yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Dengan
fermentasi, kaping menghasilkan enzim fitase yang menguraikan asam fitat,
sehingga forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.
• Vitamin
Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar
vitamin B2 (Riboferum), Vitamin Bb (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat,
dan asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk pertumbuhan
kaping dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam produk
nabati lainnya.
• Asam lemak omega 3
Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi
lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat menjadi asupan asam lemak omega 3
(EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat menurunkan kadar
kolesterol danmencegah penyakit jantung koroner
• Serat :
Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya
hubungan antara beberapapa jenis serat gengan penurunan kolesterol lDDL dan
atau kolesterol total, namun belum ada bukti langsung yang menunjukkan hubungan
antara suplemen serat dengan penurunan penyakit kardio vaskular.
C. TERAPI PENUNJANG
Selain pengobatan dan pengaturan menu
makanan pada penderita tekanan darah tinggi, diperlukan juga terapi khusus lain
seperti konseling masalah kejiwaan dan fisioterapi, terutama pada penderita pasca
stroke atau infark penting. Pengertian juga diberikan kepada keluarga atau
pengasuh untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada
penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.
D. GARAM NATRIUM
Garam natrium terdapat secara alamiah dalam
bahan makanan atau ditambahkan
pada waktu memasak atau mengolah makanan.
Makanan berasal dari hewan
biasanya lebih banyak mengandung garam
natrium dari yang berasal dari tumbuhtumbuhan.
Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam
makanan biasanya berupa
ikatan, yaitu :
1. Natrium Chlorida atau garam dapur
2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
3. Natrium Bikarbonat atau soda kue
4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah
5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang
digunakan untuk mengawetkan daging seperti Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam
Natrium antara lain :
1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci
terlebih dahulu
2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine
dengan mencampur margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine
akan mencair dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali
dengan memasukkan panci kedalam kulkas. Margarine akan keras kembali dan buang
air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali.
KEPUSTAKAAN :
Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan
Pemakaian Secara Klinis, Maria C. Linder, Ph.D, Department of Chemistry,
Fullertor, diterjemahkan oleh Aminudin Parakkasi; Penerbit UI Press, 1992
Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia,
Depkes RI, 1998
Dr. Achmad Djaeni S. M.Sc, Ilmu Gizi,
Jakarta, 1985
Makanan Formula Untuk Mengatasi Masalah
Kurang Energi Protein (KEP), Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta, 1994
Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang,
Depkes RI; Jakarta, 1995
Pedoman Makan Untuk Kesehatan Jantung
Indonesia, PERKI Pusat dan Yayasan Jantung
Indonesia; Jakarta, 2002
Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II,
Mary Courtney Moore, diterjemahkan oleh Dr. Liniyanti D. Oswari M. N. S. MSc; Hipokrates
Tahun I, 1992
Penuntun Diet, Bagian Gizi RSCM dan
PERSAGI; Jakarta, 1996
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI,
LIPI Jakarta 1998
No comments:
Post a Comment