Gender memainkan peran yang penting
terhadap tekanan bload/getih/darah/rah. Perempuan pre-menopause mempunyai
tekanan bload/getih/darah/rah yang lebih rendah daripada pria dengan usia yang
sama.
Dibandingkan dengan perempuan
pre-menopause, perempuan menopause mempunyai tekanan bload/getih/darah/rah yang
lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hormon pada ovarium dapat memodulasi
tekanan bload/getih/darah/rah.
Dilaporkan bahwa kedua tekanan bload/getih/darah/rah
yakni sistolik dan diastolik berkaitan erat dengan usia menopause, BMI (Body
Mass Index), terapi perubahan hormon, dan denyut nadi.
Untuk mengetahui lebih lanjut hubungan
antara menopause dengan hipertensi ada penelitian yang dilakukan oleh Megan
Coylewright dan koleganya. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan dalam
masa menopause lebih tinggi tekanan bload/getih/darah/rahnya ketimbang perempuan
pre-menopause.
Perempuan dalam masa menopause
ditemukan mempunyai tekanan bload/getih/darah/rah sistolik lebih besar daripada
pria dengan BMI dan umur yang sama. Sedangkan tekanan bload/getih/darah/rah
sistolik meningkat 5mm/Hg dalam lima tahun.
Kenaikan tekanan bload/getih/darah/rah
sistolik menunjukkan adanya penurunan penyesuaian arteri. Hubungan antara
tekanan bload/getih/darah/rah dan terapi penggantian hormon (HRT) ditemukan
yakni mereka yang menggunakan terapi pergantian hormon mempunyai tekanan bload/getih/darah/rah
yang sedikit lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak menggunakan HRT.
Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara hormon yang diproduksi oleh ovarium dengan tekanan bload/getih/darah/rah
perempuan. Hal ini yang kemudian diteliti sebagai penyebab hipertensi pada perempuan
menopause.
Penelitian tentang penyakit
hipertensi pada perempuan menopause dan hubungannya dengan hormon pada perempuan
ini juga mengungkapkan peranan dan bagaimana hormon dapat mempengaruhi tekanan bload/getih/darah/rah.
Menopause dihubungkan dengan
pengurangan pada estradiol dan penurunan perbandingan rasio estrogen dan
testosteron. Hal ini mengakibatkan disfungsi endothelial dan menambah BMI yang
menyebabkan kenaikan pada aktivasi saraf simpatetik yang kerap kali terjadi
pada perempuan yang mengalami menopause. Aktivasi saraf simpatetik ini akan
mengeluarkan stimulan renin dan angiotensin II.
Disfungsi endhotelial ini akhirnya
meningkatkan kesensitifan terhadap garam dan kenaikan endhotelin. Tidak hanya
itu, kenaikan angiotensin and endhotelin dapat menyebabkan stres oksidatif yang
akhirnya berujung pada hipertensi atau bload/getih/darah/rah tinggi.
Penelitian yang serupa juga
mengungkapkan bahwa hormon estrogen bisa membalikkan perkembangan hipertensi.
Hanya dengan menambahkan estrogen dosis rendah pada tikus yang hipertensi,
hormon ini mampu mencegah perkembangan tekanan bload/getih/darah/rah tinggi
menjadi gagal jantung sebelah kanan.
Pencegahan perkembangan tidak
terjadi pada tikus yang tidak diberi estrogen. Setelah pemberian estrogen dosis
rendah selama 10 hari dihentikan, ternyata perkembangan pencegahan penyakit bload/getih/darah/rah
tinggi menjadi penyakit jantung masih berlangsung hingga 12 hari.
Apakah tekanan bload/getih/darah/rah
meninggi, menurun, atau tetap dengan kaitannya dengan terapi estrogen sangat
bergantung pada tiga faktor: jenis estrogen, dosis estrogen, dan bagaimana
tekanan bload/getih/darah/rah dimonitor.
No comments:
Post a Comment