PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau
dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak
terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak
menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar
dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua
yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap
sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti
itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. Sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations
Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi,
dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak
meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih
besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa
negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius.
Angka kejadian diare di sebagian
besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162
ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi
semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2
kali per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan
Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada
balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16
provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus
diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian.
Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi
buruk dan perilaku hidup tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis
diare.
2. Untuk
mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare.
3. Untuk mengetahui Analisa keperawatan
pada anak dengan diare.
4. Untuk mengetahui Evaluasi
keperawatan pada anak dengan diare.
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Menurut
Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan
menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut
Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare
dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau
tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi
pada lambung atau usus.
2. Etiologi
a.
Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus
(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b.
Infeksi parenteral: merupakan infeksi di luar sistem
pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c.
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
d.
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
e.
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa
takut dan cemas).
3. Patofisiologi
Diare
akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari
diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa
haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak
lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan
kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung.
Penurunan
tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.



4. Pemeriksaan
Diagnostik
·
Pemeriksaan feses.
·
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas
darah atau astrup, bila memungkinkan.
·
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui
fungsi ginjal.
·
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk
mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada
klien diare kronik.
5. Penatalaksanaan
Penanggulangan
kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal
sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution
(ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala
diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.
Pada
penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan
kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat
yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari
biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah
sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time
untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.
Diare karena
virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi
stabil,maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat
diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena
infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba
coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena
penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan
penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif
didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau
kondisi sudah membaik.
KONSEP
DASAR PERASAT (KDPK)
PEMASANGAN INFUS
A. Pengertian Pemasangan
Infus
Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan cairan atau zat-zatmakanan dari tubuh.Keadaan-keadaan yang
dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah :
1.
Perdarahan dalam jumlah
banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
2.
Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh
dan komponen darah)
3.
Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha
4.
Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
5.
Diare dan demam
6.
Luka bakar luas
7.
Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung
B. Tujuan Pemasangan Infus
1.
Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
menganung air, elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang
tidak dapat dipertahankan secara adekuatmelalui oral
2.
Memperbaiki keseimbangan asam basa
3.
Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4.
Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan
kedalam tubuh
5.
Memonitor tekan Vena Central (CVP)
6.
Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di
istirahatkan



C.
Prinsip
·
Seteril
1.Pada
pemasangan infus abocath yang masuk ke pembuluh darah harus seteril
2.Bagian
setril yaitu bagian infus set ujung yang di tusukan kedalam plabot infus
D. Persiapan
Alat
1. Sarung
tangan
2. Perlak
dan pengalasnya
3. Cairan
infus sesuai kebutuhan klien
4. Infus
set
5. Torniquet
6. Kapas
alkohol 70%
7. Abbocath
8. Bengkok
kassa steril
9. Bak
instrumen
10. Plester
11. Gunting
12. Sabun
cair
13. Handuk
pribadi
14. Tempat
sampah medis
15. Larutan
klorin 0,5%
16. Pengalas
17. Standar
infus
E.
Prosedur Tindakan
Ø SIKAP
1. Memperkenalkan
diri
2. Menjelaskan
tujuan
3. Menjelaskan
prosedur yang akan dilaksanakan
4. Sabar
dan teliti
5. Menjaga
privasi
Ø CONTENT
6. Mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
7. Memasang
perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan di pasang infus
8. Memakai
sarung tangan
9. Menggantung
flabot pada tiang infus
10. Membuka
kemasan pada set infus
11. Mengtur
klem rol 2-4 cm dibawah bilik drip dan menutup klem yang ada pada saluran infus
12. Menusukkan
pipa saluran infus kedalam botol cairan da mengisi tabung tetesan dengan cara
memencet tabung tetesan infus hingga setengahnya
13. Membuka
klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada selang infus
lalu tutup kembali klem
14. Memilih
vena yang akan di pasang infus
15. Meletakkan
torniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk,menganjurakn pasien
meggenggam tanggannya
16. Melakukan
disinfeksi daerah penusukan dengan kapas alkohor secara silkular dengan
diameter kurang lebih 5 cm
17. Menusukkan
jarum abbocath kevena dengan lubang jarum menghadap keatas,dengan menggunakan
tangan kanan
18. Melihat
apakah ada darah terlihat pada pipa abbocath
19. Memasukkan
abbocath secara pelan-pelan serta menatuk pelan-pelan jarum yang ada pada
abbocath hingga plastik abbocath masuk semua dalam vena,dan jarum keluar semua
20. Melepaskan
torniquet,menganjurkan pasien membuka tangannya dan melonggarkan klem untuk
melihat kelancaran tetesan
21. Segera
menyambungkan abbocath dengan selang infus
22. Merekatkan
pangkal jarum pada kulit dengan plester
23. Menutup
tempat tusukan dengan kasa steril dan di rekatkandengan plester
24. Mengatur
tetesan sesuai kebutuhan
25. Mengatur
letak anggota badan yang dipasang infus tidak bergeser dan bila perlu memasang
spalk
26. Membereskan
alat dan merapikan pasien
27. Melepas
sarung tangan, merendam dalam larutan chlorin 0,5% selama 10 menit
28. Mencuci
tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan mengeringkan dengan handuk bersih
Ø TEKNIK
29. Melakukan
prosedur secara sistematis
30. Menjaga
teknik aseptik
31. Memberikan
rasa empati pada pasien
32. Setiap
jawaban di follow up dengan baik
33. Mendokumentasikan
hasil tindakan
BAB II
TINJAUAN
KASUS
Hari : Rabu,27 juni 2012
Tanggal/jam : 09.00 WIB
Identitas
Pasien
Nama :
An.S.K.P
Umur :
7 bulan
Jenis kelamin :
laki-laki
Alamat :
Kalimosodo,Ungaran Barat
Tanggal Masuk: 27 Juni 2012
Diagnosa medis: DADRS
Nama Ayah :
Tuan D
Umur :31
tahun
Pekerjaan :
Wiraswasta
Pendidikan :
SMA
Suku bangsa :
Indonesia
Alamat :
Kalimosodo,Ungaran Barat
Nama Ibu :
Ny. N
Umur :
27 tahun
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Pendidikan :
SMA
Suku bangsa :
Indonesia
Alamat :
Kalimosodo,Ungaran Barat
1.SUBJEKTIF
a.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa pasien
(An.S.K.P) mengalami BAB dengan frekuensi lebih dari 5 kali.
b. Riwayat
Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan bahwa pasien (An.S.K.P)
sudah 5 hari mengalami panas. Pasien belum pernah ke RS namun pernah di bawa ke
puskesmas. Ibu mengatakan pernah di berikan terapi obat namun tidak sembuh dan
akhirnya di bawa ke RS.
c. RiwayatKesehatanDahulu
Ibumengatakanbahwapasien
(An. S.K.P) pernahmengalami diare sejak 2 hari yang
lalu.
d. RiwayatKesehatanKeluarga
Tidakadapenyakitmenurunsepertihipertensidan
DM.
e.
PengkajianPolaFungsional
a.
PolaNafas
·
Polanafaspasiensebelumsakit
Suaranafastidakterdengarsuararonchidan wheezing frekuensi 24 x / menit,
bernafasmelaluihidungtidakadaalatbantubernafas.
·
Polanafaspasiensaatsakit
Suaraafasterdengar, tidakadasuararonchidanweezing,frekuensinafas 26x /
menit, tidakmenggunakanalatbantunafas.
b.
Polanutrisidanmetabolisme
·
Sebelumsakit
Pasienmakan 3x sehari, waktumakanpagi, siang, malam 1 piring. Makanan yang
dikonsumsi :Asi, nasitim, roti, susu formula 3-5 botol per hari, buah-buahan
yang di blender.
·
Selamasakit
Pasienmakan 3x seharinafsumakanberkurang menu makananbuburlunak, Promina,
Asiporsi ½ piring.
c.
Polaeliminasi
·
Pola BAB
sebelumsakit
Konsistensi : cair – ampas
Bau : khas
Warna : kuningcerah
Frekuensi : 1 x dalamsehari
Kelainan : tidakada
·
Pola BAB
selamasakit
Konsistensi : cair
Bau : khas
Warna : kehijauan
Frekuensi : lebihdari 5 kali
dalamsehari
Kelainan : tidak ada
·
Pola BAK
sebelumsakit
Warna : kuningjernih
Bau :khas
Jumlah : 1300 – 4000 cc
Frekuensi : 5 x / hari
Keluhan : tidakadakeluhan
·
Pola BAK
saatsakit
Warna : kuningpekat
Bau : khas
Jumlah : 500 - 700 cc
Frekuensi : lebihdari 8 x /
hari
Keluhan : tidakadakeluhan
d.
Polakeseimbangandangerak
·
Sebelumsakit
Gerakanpasienaktif, normal ekstermitasatasbawah normal tidakadacacatbawaan.
·
Selamasakit
Gerakanpasienterlihatlemahekstremitasbawah kaki terpasang infuse.
e.
Polaistirahatdantidur
·
Sebelumsakit
Pasientidur 7 – 8 jam perharimalam, siangtidur 1 – 2 jam.Tidakadakeluhan.
·
Selamasakit
Pasientidursiang 1 jam malam 5 jam,selamasakittidurpasienterganggu rasa
nyaman, seringbangun-bangundanrewel.
f.
Polapertahanansuhu
(temperature)
Pasienmenggunakanselimutataubajupanjangsaatmalamhari.
g.
Pola
personal hygine
·
Sebelumsakit
Mandi : 2 x dalamsehari
Keramas : 2 x dalamsehari
·
Selamasakit
Mandi : pasienmandi 1 x
sehari
Keramas :
belumpernahkeramasselamasakit
h.
Polakomunikasi
Pasienberkomunikasidengan orang-orang sekitarbaik, jeniskomunikasi yang
digunakannon verbal,sepertigerakantangandan kaki, kedipanmata,
dandenganbahasaocehanbayikomunikasibaik.
i.
Kebutuhan
spiritual
Ibuseringmembacakandoasebelumtidurpadapasien
j.
Kebutuhanberpakaian
·
Sebelumsakit
Pasiengantipakaiansetiap kali mandi
·
Selamasakit
Pasienseringganti-gantipakaiansaathabismandi, BAB, danmuntah.
k.
Kebutuhan
rasa nyamandanaman
Keluargapasien (ayah danibu)
menungguipasiensecarabergiliruntukmengawasipasien
Setiapsaat
l.
Kebutuhanreaksi
·
Waktusebelumsehat
Jenismainantepuktanganfrekuensiseringjika
pasientidak bias tidur,bermainbalon-balonterbang,
temanbermainpasienibupasien.
2. OBJEKTIF
v Pemeriksaan
fisik
a.
kepala : bentukkepalasimetris
b.
Mata :reflek pupil
baik,scleraputih, tidakada secret, penglihatanbaik, konsungtiva pucat.
c.
Hidung : bentuksimetris, tidakterdapatpolip, tidakadacairan yang keluar,
warnaronggahidung normal, tidakada secret.
d.
Telinga :terlihatsimetris,bentuk
normal,sejajarkanankiritidakterdapatlensidanmasa.
e.
Mulut : gusiterlihatmerahbibir
normal,gigibelumtumbuhtidakterdapat tonsil bengkak.
f.
Leher : gerakanleherbagus,
tidakadapembesarankelenjartyroid,dankelenjarlimfe
g. Paru – paru :
Inspeksi :
kembangkempis dada simetris.
Auskultasi :
tidakadasuaratambahanweezingdanronchi
Palpasi :
tidakadanyeritekan,tidakadamassa
Perkusi :
sonor
h. Jantung :
Inspeksi : normal,
simetristidakterdapatpembesaranjantung
Auskultasi : redup
Palpasi :
tidakadanyerijikaditekan
Perkusi : suarajantung
timpani, tidakadamassa
i. Abdomen :
Inspeksi : bentukperut rata,tidakadabenjolansaatekspirasidaninspirasi
Auskultasi : terdapatbisingusus
Palpasi :
tidakadanyeritekan, tidakadamassa
Perkusi : timpani
j. Genitalia :kebersihanbaik,tidakadakelainanpadagenetaliadantidakterdapatpasangalat
bantu BAK.
k. Anus :
tidakadahemoroid, anus kemerahan
l. Ektremitas :
·
Superior
-
Gerak : aktif
-
Kelainanbawaan : (-)
-
Cacat : (-)
-
Lumpuh : (-)
·
Inferior :
-
Gerak : aktif
-
Kelainanbawaan : (-)
-
Cacat : (-)
-
Lumpuh : (-)
m. Kuku :
secaraumum normal, warnadasar kuku agakpucat
a.
Catatanperkembangan
Nama :
SKP No.
Reg : 175183 Ruang : Melati
Umur : 7 bulan Tglmasuk : 27
Juni 2012 Kelas : III
Tanggal / jam
|
Catatanperkembangan
|
27 juni 2012
09.00
28 Juni 2012
11.00
|
S :pasienmengalami BAB cair 5 x,
disertaimuntah, panas.
O :pasientampaklemas,mukapucat,kulitterabapanas,ubun–ubunterklihatcekung.
S= 38°C
A : masalahbelumteratasi,Devisitcairanelektrolitkurangdarikebutuhan,febris.
P :
-
Anjurkanpasienuntukminumsedikittapisering
-
Anjurkanpasienmenggunakanpakaian tipis panjang
yang dapatmenyerappanas
-
Memonitoringpola BAB, kompreshangat
-
Memonitoringpolanutrisidengankolaborasitimgizi
-
Melakukaninterfensi
-
Kolaborasimedispemberianobat
Infuse RL D5 ¼ 8 Tpm
Injekodumsetron 3 x ¼ ampl
2 kid 1 ½ ampl
S : ibumengatakananak BAB cair 2 x , muntah,
BAB cair
O : pasienterlihatlemah, pucat, turgor
kulitteraba normal, Hb.gg
A : gangguanpolaeliminasi
P :
-
AnjuranpasiengantisusuDancowe AL / rendahgula
-
Anjurkanpasienuntukmakanmakanan yang
buburtanpasantan
-
Melakukaninterfensi
-
Kolaborasimedispemberianobat
Infuse D5 ¼ 10 Tpm
Injeksiadunsetron 3 x 1/ 4 Amp
Ferlin 2 x 0,6 ml
|
b. Data Penunjang
Laborat
27 Juni 2012
Pemeriksaan
|
Hasil
|
|
Nilairujukan
|
satuan
|
Metode
|
Matologi
Hemoglobin
Leukosit
Jenis
Sranulosit
Limfosit
Monosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
CV-MCH-MCHC
MCV
MCH
MCHC
D
ED 1 jam
|
9,9
5,1
50,4
42,9
6,7
4,00
30,7
227
76,8
24,8
32,2
7
|
L
L
L
L
L
L
|
11,5-16,5
6,0-17,0
17-60
20-70
1.11
3,8-5,2
35-45
150-440
82-92
27-31
32-36
<20
|
g/dl
k/ul
%
%
m/ul
%
k/ul
Fl
Pg
g/dl
mm/jam
|
Spectrophotomelo
Elek, impedance
Integral volume R
wastergreen
|
3. ANALISA
Pasien mengalami defisit cairan elektrolit dan
pola eliminasi yang di sebabkan diare, pasien membutuhkan cairan elektrolit (dikenal sebagai
oralit) untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. penderita perlu diinfus
untuk menghindari kekurangan zat penting bagi tubuh .
4.PENATALAKSANAAN
a.Evaluasi
Penyakit diare di dominasi pada anak balita di negara berkembang,angka kematian masih tinggi
dan kebanyakan penderita balita usia di bawah 2 tahun. Bayi dan balita yang
diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
melalui tinja dan muntah. Pemberian cairan yang tepat dengan jumlah memadai
merupakan modal utama mencegah dehidrasi. Cairan harus diberikan sedikit demi
sedikit dengan frekuensi sesering mungkin.
Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk
mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit,
sehingga dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang bersama cairan.
Baca aturan penggunaan oralit dengan baik, berapa
jumlah air yang harus disiapkan untuk membuat larutan oralit, sehingga takaran
oralit dapat tepat diberikan. Larutan sup maupun air biasa cukup praktis dan
hampir efektif sebagai upaya rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi.
b.Implementasi
Penyakit diare terjadi bila bayi dan anak-anak
buang air besar lebih encer dan lebih sering dari biasanya. Faces / tinja pada
bayi dan anak yang sedang diare biasanya mengandung lendir dan darah.
Terkadang, gejala diare diawali dengan muntah dan demam. Seperti halnya
penyakit diare pada orang dewasa, diare pada byi dan anak-anak juga bisa
menyebabkan kekurangan cairan. Membuat catatan diare adalah sebuah keharusan
bagi orang tua yang bayi dan anaknya terkena penyakit diare. Dan harus melihat
dariKesadaran pasien apakah KU lemah,
anus lecet, gelisah, rasa haus, urine berkurang, kulit kering dan turgor
menurun, mata dan ubun –ubun agak cekung, nadi lemah, jumlah cairan yang hilang
60 – 90 cc/ kg BB.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini kami melakukan
pemasangan infus pada pasien An.S.K.P sebagai tindakan pertolongan awal agar
pasien tidak kekurangan cairan dalam tubuhnya. Pada pemasangan infus ini kami
menyimpulkan bahwa Cara atau prosedur pemasangan infus menurut teori dan
menurut praktek dilapangan belum sesuai.
Menurut teori,Prosedur pemasangan
infus sangat detail atau harus berurutan sedangkan yang kami lakukan di Rumah
Sakit tidak demikian. Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
1. Dalam
hal kelengkapan alat :
·
Dirumah Sakit : Tidak menggunakan perlak dan pengalas.
·
Pada teori :
Diperlukan menggunakan perlak dan pengalas.
2. Dalam hal
penggunaan handscoon :
·
Dirumah Sakit: Handscoon yang digunakan tidak diambil
menggunakan korentang karna sudah disiapkan tersendiri perpasang-pasangan.
·
Pada teori :
Handscoon yang akan digunakan diambil menggunakan korentang.
3. Dalam hal
alat Tambahan :
·
Dirumah Sakit : Pada memasangan infus anak-anak
diperlukan penggunaan papan kecil guna untuk menyangga tangannya agar infus
tidak terlepas.
·
Pada Teori :
Pada teori juga begitu pada anak menggunakan spalk,yang di praktikkan kemarin
pada orang dewasa jadi tidak pake spalk.
Dari
beberapa hal diatas dapat dilihat bahwa terdapat kesenjangan dan praktek di
lapangan. Untuk itu diperlukan adanya keterampilan pada setiap tenaga medis
yang siap untuk terjun kelapangan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses
keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan DADRS diruangan Melati RSUD
UNGARAN SEMARANG
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa
darah atau lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus
sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di usus
besar, maka muncul beberapa masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya
adalah adanya gangguan keseimbangan cairan danelektrolit; kurangdarikebutuhandan
nausea.
Dari masalah keperawatan tersebut, dipilih beberapa tindakan keperawatan,
diantaranya :
a.
Banyak minum (oralit)
b.
Rehidrasi perinfus
c.
Antibiotika yang sesuai.
d.
Diet tinggi protein dan rendah residu
e.
Obat anti kolinergik untuk menghilangkan
kejang abdomen
f.
Tintura opium dan paregorik untuk
mengatasi diare.
g.
Observasi keseimbangan cairan dan level
elektrolit
h.
Cegah komplikasi
B.
Saran
Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di
perpustakaan sehingga mudah dalam pembuatan tugas.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang mengacu pada standar SNL (Standard Nursing
Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
BAB IV
PERTANYAAN
1. Apa hubungannya
pemeriksaan Kadar ureum dan kratinin pada DIARE??
Mengapa bisa disebut DADRS??
(Lilih)
2. Bagaimana peran anda
sebagai seorang bidan untuk menerapkan metabolisme dan nutrisi pada penderita
diare?? (Garnis)
3. Berapa jumlah cairan
eletrolit yang dibutuhkan oleh tubuh??
Apakah cairan yang keluar
dan masuk harus seimbang??
Bagaimana cara
menghitungnya?? (Cindy)
JAWAB
1. Pada pemeriksaan kadar
ureum dan kratinin tidak terdapat pada diare. Pemeriksaantersebut hanya
dilakukan pada penderita Ginjal. Pasien bisa dikatakan disebut DADRS dengankeluhan
BAB lebih dari 5 kali dengan konsistensi cair. (Saffira)
2. Peran kami sebagai
seorang bidan dalam menerapkan metabolisme dan nutrisi pada penderita diare
adalah dengan menganjurkan keluarga pasien untuk memberi susu LLM pada
penderita dan menganjurkan pada keluarga pasien untuk sterilisasi botol susu
atau alat-alat yang digunakan untuk pasien.Mengkonsumsi terlalu banyak jus,
terutama jus buah yang mengandung sorbitol dan fruktosa tinggi atau terlalu
banyak minum minuman manis dapat membuat perut bayi dan anak kaget sehingga
bisa mengalami diare.
Bayi dan anak mengalami
intoleransi laktosa bila tidak cukup memproduksi laktase (suatu enzim yang
dibutuhkan untuk mencerna laktosa0. Gejala diare yang disebabkan oleh
intoleransi makanan ini diantaranya adalah perut kembung dan banyak gas bila
laktosa tidak terurai. Gejala ini biasanya muncul sekitar 1 - 2 jam setelah
mengkonsumsi makanan/minuman tersebut. (Peni)
3. Jumlah cairan elektrolit
yang dibutuhkan oleh tubuh sebesar 60% dari berat tubuh. Cairan yang keluar dan
masuk dalam tubuh harus seimbang. Dan cara menghitungnya adalah melalui
pemeriksaan Urine juga feses yang keluar dari diare tersebut. (Reni)
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar
Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan
Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995,
Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh
Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji,
1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut,
lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995,
Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.
NIC (Nursing Intervention
Classification)
NOC (Nursing Outcomes
Classification)
terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,
ReplyDeletehttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-diare/