KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

Sepanjang rentang daur kehidupannya manusia sesungguhnya melakukan komunikasi dari mulai manusia itu masih dirahim ibunya, lalu dilahirkasn sampai dengan menjelang meninggal atau kematiannya. Sebab itu komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam melakukan interaksi. Kadang kala individu merasakan komunikasi menjadi tidak efektif sebab kesalahan dalam menapsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini disebabkan sebab setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan sebab persepsi yang berbeda-beda.

Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien menjadi komplain sebab tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi kecewa dan tidak datang lagi mengunjungi tempat pelayanan kesehatan tersebut. Atau contoh lain adalah selisih paham atau pendapat antara tenaga kesehatan sebab salah mempersepsikan informasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga kesehatan tersebut.

Jika kesalahan penerimaan pesan terus menerus berlanjut dapat berakibat pada ketidak puasan baik dari pasien maupun tenaga kesehatan. Kondisi ketidak puasan tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, dan larinya pasien kepada institusi pelayanan kesehatan lainnya yang dapat memberikan kepuasan.
Untuk menghindari rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan ( perawat) dan hilangnya pasien atau pelanggan ketempat lain maka alangkah sangat bijaksana dan tepat, jika suatu institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu bentuknya adalah dengan meningkatkan kemampuan komunikasi yang baik dan tepat bagi perawat.


LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Manusia dididik dengan komunikasi dan komunikasi sendiri dapat mendidik manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia ( Dorothy Orem ). Dalam perawatan manusia dilihat sebagai mahluk social yang memerlukan interaksi berupa pertukaran pikiran, pertukaran perasaan, pertukaran informasi secara terus menerus untuk perkembangannya.
Komunikasi merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan, sebab kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan, dipengaruhi oleh sikap perawat saat berkomunikasi dengan pasien. Oleh sebab itu perawat harus mengerti konsep dan proses komunikasi serta menerapkan ketrampilan komunikasi. Selain itu perawat perlu menggunakan diri sendiri secara terapiutik saat berhadapan dengan pasien, dengan demikian diharapkan dapat dicapai asuhan keperawatan yang berkualitas.
Maka penulis tertarik untuk membahas tentang komunikasi dalam pelayanan keperawatan, sebab kegagalan komunikasi dalam perawatan dapat menimbulkan pengasingan diri, permusuhan, kecurigaan, dan dominasi.


PENGERTIAN 
Komunikasi

Menurut Haber : Komunikasi adalah proses dimana informasi ditransmisikan melalui sebuah system lewat symbol, tanda, atau perilaku yang umum.

Menurut Taylor : Komunikasi adalah suatu pertukaran informasi atau proses pemberian arti sesuatu. 

Sedangkan Jane : Mengemukakan komunikasi adalah suatu proses yang sedang berlangsung seri dinamis dari kegiatan yang berkaitan denga pemindahan arti dari pengirim pesan dan penerimaan pesan.
Dengan demikian komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi seseorang kepada orang lain.



ELEMEN
PROSES KOMUNIKASI


1. Pengirim Pesan

Pengirim pesan adalah encoder yaitu seseorang yang mempunyai inisiatif menyampaikan pesan kepada orang lain dimana pesan disampaikan secara verbal maupun non verbal. Pengirim pesan akan menyampaikan stimulus berupa ide kedalam bentuk yang dapat diterima oleh orang lain atau penerima pesan secara tepat.

2. Penerima Pesan

Penerima pesan adalah decoder yaitu seorang yang menerima pesan pengiriman dan penerimaan pesan. Pengiriman dan penerimaan pesan terjadi secara bersamaan dan merupakan aktifitas dari pengirim dan penerima pesan.

3. Pesan atau massage

Adalah informasi yang diterima. Pesan yang efektif adalah jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh pengirim pesan.

Variabel Pesan

Meliputi:

• Komunikasi verbal, bahasa merupakan ekspresi, ide atau perasaan, kata-kata adalah alat atau simbul yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan membangkitkan respon emosional atau menguraikan obyek, observasi, dan ingatan.
• Komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa mengunakan kata-kata. Perilaku non verbal yang umum adalah menangis, tertawa, berteriak, mengerang. Bentuk lain komunikasi non verbal meliputi ekspresi wajah, suara, isyarat, sikap tubuh dan cara berjalan.
• Suara atau bunyi. Bunyi mengacu pada system komunikasi untuk menghindari penyampaian pesan yang tidak akurat.
• Keterampilan komunikasi. Ketrampilan komunikasi meliputi kemampuan pengirim dan penerima pesan untuk observasi, mendengar, klarifikasi, dan validasi atas arti pesan.
• Setting. Setting mengacu pada tempat dimana komunikasi berlangsung.
• Media. Media adalah chanels sensory yang membawa pesan. Chanels sensory meliputi pendengaran, penglihatan, peraba, perasa dan penciuman.
• Umpan balik. Umpan balik adalah proses lanjutan dari pesan yang diterima. Penerima pesan akan memberikan tanggapan atau pesan kembali kepada pengirim pesan. Umpan balik ini membantu memberikan kejelasan kepada pengirim bahwa pesan yang dikirim dapat diterima dengan tepat oleh penerima atau sebaliknya. Respon verbal dan non verbal meberikan umpan balik pada pengirim.
• Lingkungan. Proses komunikasi dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal. Faktor eksternal meliputi suhu ruangan, tekanan suara, bau, dan cahaya, sedangkan factor internal hanya diketahui oleh individu.Misalnya : Perasaan lelah membuat orang malas berkomunikasi



Jenis Komunikasi

Komunikas terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal. Adapun yang dimaksud komunikasi verbal adalah : 

Penyampaian pesan denga mengunakan kata-kata baik secara lesan atau tulisan. Agar pesan ini dapat diterima secara efektif maka pesan yang disampaikan tersebut mempunyai cirri-ciri sebagi berikut :
1. Sederhana
2. Jelas
3. Tepat waktu dan relevan
4. Dapat diterima
5. Berarti

Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi non verbal adalah :
Penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa isyarat atau tubuh.
Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui :
1. Ekspresi wajah, gerak, sikap.
2. Tekanan suara, irama dan tekanan.
3. Rabaan dan sentuhan.
4. Berkeringat dan air mata.
5. Debaran dan detak jantung.
6. Gelisah, menggigil.
Komunikasi non verbal meliputi :
1. Bahasa isyarat dan gerakan tubuh
2. Penampilan fisik.
3. Perasaan.

Tingkat Komunikasi

Komunikasi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. Komunikasi Intra personal.
Merupakan komunikasi yang terjadi dengan diri sendiri.
Contoh : Saat perawat bekerja diruang rawat ia melihat seorang pasien dan berfikir “ dia sangat kelihatan tidak nyaman, saya akan memberikan posisi yang nyaman”
Komunikasi terjadi secara spontan dengan kesadaran. Dengan dialog internal kita dapat lebih baik mengespresikan diri kita kepada orang lain.

2. Komunikasi Interpesonal
Adalah komunikasi yang terjadi diantara 2 orang atau lebih dalam kelompok kecil. Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan sehari hari, penting untuk kehidupan social, seperti bertukar pikiran, menyelesaikan permasalahan, membuat keputusan dan melakukan tindakan.
3. Komunikasi Publik
Merupakan interaksi dengan kelompok besar yaitu lebih dari 10 sampai 12 orang. Pemberian penyuluhan kesehatan pada sekelompok besar pasien atau keluarga merupakan contoh komunikasi publik. Rasa percaya diri dalam komunikasi publik akan mempengaruhi keberhasilan komunikasi tersebut. Selain itu pembicara perlu mengetahui latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman pendengar sehingga pembicara dapat memilih cara penyampaian pesan dengan tepat.

Komunikasi menjadi penting sebab :
• Dapat merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan.
• Dapat melihat perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien.
• Dapat menjadi kunci keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan.
• Dapat digunakan sebagai tolak ukur kepuasan pasien.
• Dapat digunakan sebagai tolak ukur komplain, tindakan dan rehabilitasi.

Prinsip-prinsip komunikasi yang penting untuk diketahui :
• Komunikasi bukanlah benda, ia sebuah proses.
• Komunikasi bersifat komplek.
• Komunikasi tidak dapat digantikan.
• Komunikasi memerlukan keterlibatan yang total dari kepribadian kita.


Komunikasi Interpesonal

Komunikasi interpersonal adalah komuniukasi yang terjadi antara dua individu atau lebih dan pesan berisi verbal maupun non verbal. Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan sehari hari dan penting untuk kehidupan social, dengan tujuan :
• Dapat untuk bertukar pikiran
• Dapat membantu menyelesaikan permasalahan
• Dapat membantu membuat keputusan
• Dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kehidupannya

Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa factor terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain : 

Perkembangan.
Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan pesan harus disesuaikan pakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak, dewasa atau lanjut usia.

Persepsi.
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadang kala persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam berkomunikasi. Sebab apa yang kita persepsikan belum tentu sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.

Nilai.
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.
Latar belakang budaya.
Gaya berkomunikasi sangat diperngaruhi oleh factor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.

Emosi.
Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak berkomunikasi. Sebab emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.

Pengetahuan.
Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kita ajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara.

Peran.
Gaya komunikasi harus disesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan. Misalnya ketika kita berperang membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.

Tatanan interaksi.
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempit, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.

Hambatan psikologis dalam proses komunikasi :
• Adalah perbedaan persepsi.
• Terlalu cepat menyimpulkan 
• Adanya pandangan stereotype
• Kurangnya pengetahuan
• Kurangnya minat
• Sulit mengekspresikan diri
• Adanya emosi
• Adanya tipe kepribadian tertentu.

Komunikasi Non Verbal

Bila diamati dalam kehidupan sehari hari kadang-kadang kita menggunakan bahasa tubuh dalam melakukan komunikasi. Mungkin penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi dengan disengaja maupun tidak disengaja. Hal ini akan berpengaruh pada pesan yang disampaikan sehingga pesan dengan menggunakan bahasa tubuh tersebut dapat diterima kadang kala juga tidak. Tetapi pada dasarnya komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh lebih mudah diterima dan dicerna oleh penerima pesan dibandingkan dengan komunikasi verbal.
Hal ini didukung dari hasil penelitian yang menenjukkan bahwa :
1. 55 % menggunakan bahasa tubuh atau dari ekspresi tubuh.
2. 38 % dari nada suara.
3. 7 % dari kata-kata yang diungkapkan.

Jika melihat dari hasil penelitian maka komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh atau yang dikenal dengan komunikasi non verbal sangat berperan penting dalam penerimaan pesan yang disampaikan.Komunikasi non verbal juga secara tidak sengaja dapat menimbulkan motivasi dan indikasnya lebih akurat dari kata yang disampaikan seseorang dengan halyang disampaikan. 
Yang dimaksud dengan komunikasi non verbal adalah isyarat, tekanan suara, pergerakan tubuh, ekspresi wajah dan penampilan fisik. 

Bahasa non verbal dapat dikategorikan dan diamati menjadi 4 yaitu :
1. Penampilan fisik, lebih pada kearah pandangan seseorang terhadap orang lain.Penampilan meliputi karakteristik fisik dan cara berpakaian. Pakaian dan perhiasan atau dandanan merupakan sumber informasi tentang seseorang . Pakaian menggambarkan status sosial, budaya, agama,konsep diri dll.
2. Jarak, prinsipnya setiap orang punya jarak untuk berkomunikasi tergantung pada kenyamanan dan kedekatan hubungannya.Jarakmerupakan isyarat yang umum digunakan saat melakukan hubungan antara dua orang. Biasanya hal ini berhubungan dengan norma sosial budaya dan adat istiadat individu.
3. Gerakan tubuh,yang termasuk adalah gerakan tangan, gerakan kaki, gerakan kepala,ekspresi wajah ( misalnya tersenyum), kontak mata dan postur tubuh. Gerakan-gerakan ini bisa memberi makna tertentu yang artinya tergantung dari budaya dimana bahasa itu berlaku.
4. Sentuhan merupakan kecepatan dari individu dan tindakan.Kemungkina pesan yang disampaikan dalam bentuk non verbal ( Smith et al, 1997). Respon individu dipengaruhi oleh tempat, latarbelakang sosial budaya, jenis hubungan, komunikasi berdasarkan jenis kelamin, usia dan harapan. Sentuhan dapat dilakukan saat individu melakukan pertemuan pertama kali atau berhubungan dengan orang lain.Konsep sentuhan yang terapeutik adalah dengan jalan melakukan jabat tangan atau menggunakan sikap terbuka dalam membantu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan bantuan. Sentuhan merupakan awal dan dasar dalam melakukan komunikasi.

PERSEPSI

Kadang-kadang apa yang kita inginkan orang lain tahu maksud kita,tetapi pada kenyataannya tidak semua atau orang yang kita harapkan mengerti.Contohnya :
seorang ibu hamil 5 bulan dan kehamilannya merupakan yang pertama, ia mencoba meminta sesuatu dengan mengatakan pada suaminya “ saya mau mangga “. Dibayangkan sang ibu adalah suaminya akan membelikan mangga muda dan ia akan memekan dengan nikmatnya. Sang ibu berfikir bahwa suaminya akan mengerti dengan mangga yang diinginkan dan tidak perlu diberitahu mangga yang bagaimana yang harus dibeli sang suami.Kemudian sang suami membelikan mangga dan menyerahkannya. Ibu marah, sebab suaminya tidakmembelikan mangga yang diinginkan dan mengatakan suami tidak perhatian. Kemudian suami berfikir apakah saya salah membelikan mangga ya !!.

Melihat kejadian diatas, bahwa dalamkehidupan sehari hari kita sering mempersepsikan apa yang kita inginkan pasti orang lain juga sama persepsinya. Begitu juga jika kita berhadapan dengan pasien maka yang perlu kita tanyakan apakah yang dimaksud pasien sama dengan yang kita pikirkan.Sebab persepsi yang salah dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang, tidak suka, tidak nyaman,dan tidak puas. Untuk itu perlunya kita memahami persepsi agar orang menjadi senang bahagia dan puas.
Persepsi adalah pandangan seseorang terhadapsuatu kejadian. Dimana persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Persepsi individu pada situasi yang sama dapat berbeda. Hal ini terjadi sebab setiap individu itu unik,punya nilai hidup dan pengalaman hidup, sehingga penerimaan dan interpretasi yang dihasilkan bisa berbeda-beda.



SIKAP DALAM B ERKOMUNIKASI

Berikut ini kasus yang terjadi pada pasien yang datang berobat sebuah poliklinik. Pasien mendaftar dibagian pendaftaran.

Kasus 1 

Saat ini pasien yang ada di poliklinik ramai B. Pasien berkata: ‘mbak saya mau daftar,berobat ke dokter A”. Penerima pendaftaran berkata : “ tunggu saja bu, nanti juga dipanggil” ( menjawab dengan ketus, tidak memandang pasien dan ekspresi marah)”

Kasus 2

Saat itu pasien yang ada di poliklnik ramai C. Pasien berkata: “ mbak saya mau daftar, berobat ke dokter A”. Penerima pendaftaran berkata: “ selamat pagi ibu, ada yang bisa saya bantu,oh.. jadi ibu mau mendaftar untuk dokter A, ibu dapat nomor 5, silakan ibu menunggu di depan kamar 6” (menjawab dengan ramah, berjabat tangan,memandang kearah pasien dan tersenyum).
Jika melihat kondisi tersebut mana yang akan anda pilih ?. Tentu anda setuju akan memilih kasus 2 sebab dengan melihat kejadian tersebut bahwa komunikasi yang baik jika didasari dengan keramahan dan kenyamanan untuk pasien sehingga diharapkan pasien menjadi senang dan puas. Kepuasan yang dirasakan pasien tidak bisa diukur dengan uang tetapi sudah sejauh manakah kita memberikan pelayanan kesehatan yang baik dengan cara bersikap baik.

Berikut ini ada 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat mefasilitasi komunikasi terapeutik yaitu : 
1.Berhadapan, arti posisi ini adalah “ saya siap untuk anda “.
2.Mempertahankan kontak mata, kontak mata pada level yang sama, berarti menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3.Membungkuk ke arah pasien,Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
4.Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan berkomunikasi
5.Tetap relaks, Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respons pada pasien
Berjabat tangan,Menunjukkan perhatian dan memberikan kenyamanan pada pasien serta penghargaan atas keberadaannya.


Sikap terapeutik dapat teridentifikasi melalui perilaku non verbal, yaitu:

• Isyarat vokal,misalnya: tekanan suara,kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan bicara.
• Isyarat tindakan,semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh.
• Isyarat objek,misalnya: pakaian dan benda pribadi lainnya.
• Ruang, kedekatan hubungan antara dua orang dimana tergantung pada norma sosial budaya yang dimiliki.
• Sentuhan

TEKNIK DALAM BERKOMUNIKASI

Ada banyak teknik komunikasi yang dapat digunakan dalam berkomunikasi,berikut ini akan dibahas empat teknik komunikasi yang biasa digunakan saat perawat berhadapan dengan pasien yaitu :

Mendengar Aktif
Keuntungan yang diperoleh jika mampu mengembangkan keterampilan mendengar aktif adalah :

• Pasien dan keluarga merasa didengar dan dipahami
• Pasien dan keluarga merasa dirinya berharga dan penting
• Pasien dan keluarga menjadi mudah untuk mendengarkan apa yang kita sampaikan
• Pasien dan keluarga merasa nyaman
• Pasien dan keluarga mampu berkomunikasi

Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah :

• Pandang pasien dan keluarga saat sedang bicara
• Tidak menyilangkan kaki dan tangan
• Hindari gerakan yang tidak perlu
• Anggukkan kepala jika pasien membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan balik
• Condongkan tubuh ke arah lawan bicara

Mengajukan Pertanyaan

Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang spesifik apa yang disampaikan oleh pasien dan keluarga.

• Pertanyaan terbuka, yaitu memberikan dorongan pada pasien untuk memilih topik yang akan digunakan. Contoh: “ Apa yang sedang anda pikirkan?”
• Pengulangan pertanyaan, yaitu mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh pasien dan keluarga. Contoh: “ anda mengatakan bahwa ibu anda telah meninggalkan anda ketika anda berusia 5 tahun?”
• Pertanyaan klarifikasi, berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran pasien yang tidak jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan artinya. Contoh : “saya tidak jelas apa yang anda maksudkan, dapatkan anda menjelaskannya kembali ?”
• Pertanyaan refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan,pertanyaan dan isi pembicaraan pada pasien. Contoh: “ anda tampak tegang dan cemas, apakah ini berhubungan dengan pembicaraan ibu anda semalam?”
• Pertanyaan berbagi persepsi, yaitu meminta pasien untuk memastikan pengertian perawat tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh pasien.Contoh: “ anda tersnyum tetapi saya merasa bahwa anda sangat marah kepada saya ?”

Memberikan Informasi

Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk pasien dan keluarga.Pada teknik komunikasi tidak dibenarkan petugas kesehatan memberikan nasehat kepada pasien sebab tujuan tindakan ini adalah memfasilitasi pasien dalam mengambil keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan informasi adalah :

• Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti pasien
• Katakan dengan jelas
• Gunakan kata-kata yang positif
• Tunjukkan sikap yang antusias

Misalnya: seorang bapak ingin menjenguk isterinya yang dirawat padahal jam besuk sudah habis, maka kita lebih baik mengatakan: “ pagi ini sudah lewat jam besuknya pak,bagaimana kalu bapak datang lagi nanti sore sekitar jam 4” (kalimat positif) Jika menggunakan kalimat negatif seperti ini: “ salah bapak sendiri datang terlambat,dimana-mana kalau jam besuk sudah lewat tidak boleh membesuk, tunggu saja ....... nanti sore jam besuknya” (kalimat negatif) 


Memberikan Umpan Balik

Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam melakukan umpan balik :

• Pelajari hasil kerjanya dengan teliti. Beri tanda pada hal-hal yang perlu diperbaiki
• Ketika menyampaikan umpan balik perlihatkan contoh-contoh dari kesalahan yang telah dibuat.
• Kembangkan argumen mengenai dampak negatif yang bisa muncul dari kesalahan yang dibuat.
• Pastikan penerima umpan balik menyadari kekeliruan, kekurangan atau kesalahan.
• Menggali lebih dalam mengenai hambatan yang ditemui.
• Mendorong penerima umpan balik untuk menemukan jalan keluar dan langkah-langkah untuk memperbaiki tugasnya atau cara kerjanya.
• Membuat kesepakatan mengenai perbaikan yang akan dilakukan.

Sikap dalam memberikan umpan balik :

• Jangan bersikap seperti hakim yang mengadili.
• Mulai dengan hal-hal yang positif.
• Jangan mengungkapkan kebaikan dan kelemahan secara bersamaan.
• Sampaikan fakta, tunjukkan dimana letak kesalahan, kekeliruan atau kekurangan.
• Berikan pujian dengan tulus.
• Jangan memanipulasi fakta.
• Jangan memberikan komentar tapi langsung berikan saran.

Contoh kalimat yang baik adalah :

• “anda sangat menonjol disini, apa yang anda lakukan melebihi apa yang dapat dilakukan teman-teman anda”
• “ini sudah benar, lebih-lebih jika …… “



CONTOH CARA BERKOMUNIKASI

Teknik dan sikap berkomunikasi dalam menerima pasien dan keluarga oleh perawat dan petugas kesehatan lainnya :

Orientasi :

1. Salam : selamat pagi Ibu E
2. Evaluasi / validasi : Apakah ada yang Ibu rasakan ?
Oh……ya….ya
3. Pertemuan hari ini : Ibu silakan, ibu tidur ditempat periksa itu, saya akan periksa ibu, tidak lama hanya 15 menit, ibu bisa sambil tidur dan relaks.


Kerja :

1. “sudah berapa hari ibu merasakan sakit seperti ini”
2. “ apa yang ibu lakukan untuk menghilangkan sakit selam di rumah” ................pemeriksaan ...........................
3. “baik ibu sudah selesai”,silakan kembali ke tempat duduk ibu”

Terminasi :

1. Evaluasi subjektif: bagaimana perasaan ibu setelah dilakukan pemeriksaan” Evaluasi objektif : ibu hasil pemeriksaan adalah ..............................
2. Rencana tindak lanjut : selama ibu di rumah sebaiknya ibu perhatikan untuk tidak melakukan .................................
3. Pertemuan yang akan datang : ibu nanti datang lagi pada hari ........ tanggal ........ jam ............ untuk pemeriksaan ........... selamat pagi ibu

Sikap :

• Berhadapan, kontak mata, tetap relaks
• Mempertahankan sikap terbuka
• Membungkukkan ke arah pasien atau keluarga
• Berjabat tangan
• Perlaha-lahan bicaranya,nada suara rendah, iramanya enak untuk didengar, bicara jelas dan satu persatu, Tersenyum, ramah


KESIMPULAN

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau prosespemberian arti sesuatu antara dua orang atau lebih orang dan lingkungannya bisa melalui simbol tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua arah.

Komunikasi menjadi penting dan perlu dipahami oleh perawat sebab merupakan tolak uklur dalam mutu peleyanan keperawatan.Rendahnya komunikasi yang baik dan efektif dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam mempersepsikan yang berdampak pada tingginya konflik antar tenaga kesehatan dan ketidakpuasan dari pelanggan baik internal (pemberi pelayanan) maupun eksternal (penerima pelayanan). Yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya mutu pelayanan keperawatan yang diberikan. 



SIROSIS HEPATITIS
SRI MARYANI SUTADI
Fakultas Kedokteran
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketifa pada
pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker).
Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar
25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan
penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam.
Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk
mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna
bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial
peritonitis serta Hepatosellular carsinoma.
Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai
dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju,
maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari
seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara
kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi.
DEFENISI
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros
yang berarti kuning orange (orange yellow), sebab perubahan warna pada nodulnodul
yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu
suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul
regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar
parenkim hati yang mengalami regenerasi.
Insidens
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan
dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara
golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 449 tahun.
KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :
1. Sirosis hati kompensata
©2003 Digitized by USU digital library 2
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada atadiu kompensata ini belum
terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat
pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala sudah
jelas, misalnya ; ascites, edema dan ikterus.
ETIOLOGI
1. Virus hepatitis (B,C,dan D)
2. Alkohol
3. Kelainan metabolic :
1. Hemakhomatosis (kelebihan beban besi)
2. Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
3. Defisiensi Alphal-antitripsin
4. Glikonosis type-IV
5. Galaktosemia
6. Tirosinemia
4. Kolestasis
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus,
dimana empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis
terbanyak adalah akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary
atresia. Pada penyakit ini empedumemenuhi hati sebab saluran empedu
tidak berfungsi atau rusak. Bayi yang menderita Biliary berwarna kuning (kulit
kuning) setelah berusia satu bulan. Kadang bisa diatasi dengan pembedahan
untuk membentuk saluran baru agar empedu meninggalkan hati, tetapi
transplantasi diindikasikan untuk anak-anak yang menderita penyakit hati
stadium akhir. Pada orang dewasa, saluran empedu dapat mengalami
peradangan, tersumbat, dan terluka akibat Primary Biliary Sirosis atau
Primary Sclerosing Cholangitis. Secondary Biliary Cirrosis dapat terjadi
sebagai komplikasi dari pembedahan saluran empedu.
5. Sumbatan saluran vena hepatica
- Sindroma Budd-Chiari
- Payah jantung
6. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
7. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan lainlain)
8. Operasi pintas usus pada obesitas
9. Kriptogenik
10. Malnutrisi
11. Indian Childhood Cirrhosis
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal yang
tersebut di bawah ini :
1. Kegagalan Prekim hati
2. Hipertensi portal
3. Asites
4. Ensefalophati hepatitis
©2003 Digitized by USU digital library 3
Keluhan dari sirosis hati dapat berupa :
a. Merasa kemampuan jasmani menurun
b. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badan
c. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap
d. Pembesaran perut dan kaki bengkak
e. Perdarahan saluran cerna bagian atas
f. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (Hepatic
Enchephalopathy
g. Perasaan gatal yang hebat
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada hati terjadi gangguan arsitektur hati
yang mengakibatkan kegagalan sirkulasi dan kegagalan perenkym hati yang masingmasing
memperlihatkan gejala klinis berupa :
1. Kegagalan sirosis hati
a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
i. rambut pubis rontok
j. eritema palmaris
k. atropi testis
l. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdaarahan)
2. Hipertensi portal
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
c. perubahan sum-sum tulang
d. caput meduse
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
g. kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)
Klasifikasi Sirosis hati menurut criteria Child-pugh :
Skor / parameter 1 2 3
Bilirubin (mg%) <2,0 2 - < 3 > 3,0
Albumin (gr%) >3, 5 2,8 - < 3,5 <2,8
Prothrombin time (Quick%) > 70 40 - < 70 < 40
Asites 0 Minimal – sedang
(+) – (++)
Banyak +++)
Hepatic enchepha Lopathy Tidak ada Std 1 dan II Std III dan IV
KOMPLIKASI
1. Perdarahan gastrointestinal
Hipertensi portal menimbulkan varises oesopagus, dimana suatu saat akan pecah
sehingga timbul perdarahan yang masih.
2. Koma Hepatikum.
4. Ulkus Peptikum
5. Karsinoma hepatosellural
©2003 Digitized by USU digital library 4
Kemungkinan timbul sebab adanya hiperflasia noduler yang akan berubah
menjadi adenomata multiple dan akhirnya menjadi karsinoma yang multiple.
6. Infeksi
Misalnya : peritonisis, pnemonia, bronchopneumonia, tbc paru,
glomerulonephritis kronis, pielonephritis, sistitis, peritonitis, endokarditis,
srisipelas, septikema
6. Penyebab kematian
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;
misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan
interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian
pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan
pengobatan IFN seperti a) kombinasi IFN dengan ribavirin, b) terapi induksi
IFN, c) terapi dosis IFN tiap hari
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan
(1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan
untukjangka waktu 24-48 minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu
dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti
1. Astises
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic
Ad. Asites
Dalat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
- istirahat
- diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet
rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita
harus dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam
dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah
4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah
hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan
utama diuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat
dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal
diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid.
©2003 Digitized by USU digital library 5
Terapi lain :
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif. Pada
keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan
asites dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan infus
albumin sebanyak 6 – 8 gr/l cairan asites yang dikeluarkan. Ternyata parasintesa
dapat menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s
C, Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3,
creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.
Ad. Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintese. Tipe
yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20%
kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompesata yang
berat. Pada kebanyakan kasus penyakit ini timbul selama masa rawatan. Infeksi
umumnya terjadi secara Blood Borne dan 90% Monomicroba. Pada sirosis hati terjadi
permiabilitas usus menurun dan mikroba ini beraasal dari usus. Adanya kecurigaan
akan SBP bila dijumpai keadaan sebagai berikut :
Spontaneous bacterial peritonitis
Sucpect grade B dan C cirrhosis with ascites
Clinical feature my be absent and WBC normal
Ascites protein usually <1 g/dl
Usually monomicrobial and Gram-Negative
Start antibiotic if ascites > 250 mm polymorphs
50% die
69 % recur in 1 year
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime),
secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan
rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari)
selama 2-3 minggu.
Ad. Hepatorenal Sindrome
Adapun criteria diagnostik dapat kita lihat sebagai berikut :
Criteria for diagnosis of hepato-renal syndrome
Major
Chronic liver disease with ascietes
Low glomerular fitration rate
Serum creatin > 1,5 mg/dl
Creatine clearance (24 hour) < 4,0 ml/minute
Absence of shock, severe infection,fluid losses and Nephrotoxic drugs
Proteinuria < 500 mg/day
No improvement following plasma volume expansion
Minor
Urine volume < 1 liter / day
Urine Sodium < 10 mmol/litre
Urine osmolarity > plasma osmolarity
Serum Sodium concentration < 13 mmol / litre
Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian Diuretik yang berlebihan,
pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan
infeksi. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan berupa : Ritriksi
©2003 Digitized by USU digital library 6
cairan,garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang
Nefrotoxic.
Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan Asifosis intra seluler. Diuretik
dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan perdarahan dan
shock. TIPS hasil jelek pada Child’s C, dan dapat dipertimbangkan pada pasien yang
akan dilakukan transplantasi.
Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi
ginjal.
Ad.Perdarahan sebab pecahnya Varises Esofagus
Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering
dinorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih dulu. Prrinsip
penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil,
dalam keadaan ini maka dilakukan :
- Pasien diistirahatkan daan dpuasakan
- Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
- Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya
yaitu :
untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan,
evaluasi
darah
- Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K,
Vasopressin,
Octriotide dan Somatostatin
- Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka
menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade dan Tindakan
Skleroterapi / Ligasi aatau Oesophageal Transection.
Ad. Ensefalopati Hepatik
Suati syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit hati
menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai
ke pre koma dan koma.
Pada umumnya enselopati Hepatik pada sirosis hati disebabkan adanya factor
pencetus, antara lain : infeksi, perdarahan gastro intestinal, obat-obat yang
Hepatotoxic.
Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :
1. mengenali dan mengobati factor pencetua
2. intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-toxin
yang berasal dari usus dengan jalan :
- Dier rendah protein
- Pemberian antibiotik (neomisin)
- Pemberian lactulose/ lactikol
3. Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter
- Secara langsung (Bromocriptin,Flumazemil)
- Tak langsung (Pemberian AARS)
KESIMPULAN:
Mengingat pengobatan sirosis hati hanya merupakan simptomatik dan
mengobati penyulit, maka prognosa SH bisa jelek. Namun penemuan sirosis hati
yang masih terkompensasi mempunyai prognosa yang baik. Oleh sebab itu
ketepatan diagnosa dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam
penatalaksanaan sirosis hati
©2003 Digitized by USU digital library 7
KEPUSTAKAAN :
1. Rosenack,J, Diagnosis and Therapy of Chronic Liver and Biliarry Diseases
2. Hadi.Sujono, Gastroenterology,Penerbit Alumni / 1995 / Bandung
3. Sherlock.S, Penyakit Hati dan Sitim Saluran Empedu, Oxford,England Blackwell
1997
4. Hakim Zain.L, Penatalaksanaan Penderita Sirosis Hepatitis
5. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi II, Penerbit Balai FK UI, Jakarta
1987
6. Anonymous 
http://alcoholism.about.com/library/blcirrosis.htm
7. Lesmana.L.A, Pembaharuan Strategi Terapai Hepatitis Kronik C, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. RSUPN Cipto Mangunkusumo



GASTRO enteritis (GE)

A. Pengertian
Diare adalah suatu kondisi bertambahnya frekuensi dan keenceran buang air besar. Frekuensi yang masih di anggap normal adalah sekitar 1-3 kali dan banyaknya 200-250 gram sehari. Beberapa kasus pasien mengalami peningkatan frekuensi dan kenceran buang air besar meskipun jumlahnya kurang dari 250 mg dalam kuraun wakt u sehari (Soeparman 1990)

B. Faktor pemicu timbulnya diare
1. a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2. Terdapatnya zat yang sulit diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik yang tinggi pada usus (fisik / lansansia)
3. Perubahan pergerakan dinding usus.


C. Pathofisiologi


























(Soeparman 1990)
D. Gejala klinik
- Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara menetap atau berulang * panderita akan mengalami penurunan berat badan.
- Berak kadang bercampur dengan darah.
- Tinja yang berbuih.
- Konsistensi tinja tampak berlendir.
- Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak.
- Penderita merasakan sekit perut.
- Rasa kembung.
- Kadang-kadang demam.
E. Pendekatan diagnosis dari aspek tinja
1. Volume tinja yang banyak * diare berasal dari kelainan usus halus dan permulaan usus besar.
2. Tinja yang sedikit dan berlendir (dengan peningkatan kemendadakan serta frekuensi buang air besar) * kelainan berasal dari kolon desenden, sigmoid dan rektum.
3. Tinja berlendir dan bercampur dengan darah * peradangan usus besar.
4. Tinja yang berbau busuk * menunjukan adanya pembusukan asamamino yang tidak di serap.  

F. Pemeriksaan  
1. Laboratoris (pemeriksaan darah)
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan waktu protrombin pada penderita dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada pnderita penyakit Chron.
2. Radiologis  
- Barrium Foloow through * penyakit Chron.
- Barrium enema * skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.
3. Kolonoskopi  
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan usus.  

G. Penatalaksanaan
1. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Di anjurkan untuk menghindari susu.  
2. Pengaturan obat-obatan

H. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor pendukung terjadinya diare, serta bio- psiko- sosio- spiritual.
2. Keluhan dan pemeriksaan fisik
- Nyeri / kolik pada perut bagian bawah yang berkurang dengan pergerakan usus.
- Malasie.
- Kadang demam.
- Peningkatan produksi kotoran.
- Adanya lendir atau pus di dalam tinja.
- Anoreksia.
- Penurunan berat badan.
- Obstruksi intestinal .
- Peningkatan bising usus (khususnya di kuadran kanan bawah).
- Tinja yang lembek atau cair.
- flatus.

I. Permasalahan dan rencana tindakan keperawatan
1. Perubahan pola eliminasi defekasi (diare) berhubungan dengan proses peradangan pada usus.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya pola eliminasi yang berangsur normal dalam frekwensi dan konsistensi tinja.
a. Kaji kebiasaan pasien dalam melakukan buang air besar (frekwensi dan konsistensi).
b. Perhatikan dan catat karakteristik, faktor presipitasi dari diare.  
c. Siapkan bedpan atau kamar kecil yang selalu siap di gunakan.
d. Bersihkan bedpan secepatnya dan gunakan pewangi untuk mengurangi bau.
e. Kurangi makan atau minuman yang menjadi faktor pencetus diare (jika di ketahui).
f. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic, antidiare, dan antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus.
g. Kolaborasi dalam pemberian anti inflamasi dan steroid.

2. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan diare  
Tujuan: Selama dalam perawatan tidak terjadi defisit cairan.
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan status cairan dengan (pemeriksaan BJ Plasma).
b. Pertahankan pemberian cairan oral yang adekuat.
c. Hitung dengan tepat selisih antara jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.  
d. Kolaborasi dalam pemberian cairan perpar enteral jika di butuhkan.
e. Observasi tanda-tanda terjadinya defisit cairan (membran mukosa, turgor kulit, produksi urin, peningkatan temperatur, kelemahan, peningkatan BUN.

3. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan atau berkurangnya kemampuan usus dalam melakukan absorbsi makanan.  
Tujuan: selama dalam perawatan pasien tidak mengalami penurunan berat  
a. Kaji kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan individual pasien (berdasarkan usia dan berat badan).
b. Jika diare berkurang berikan peningkatan jenis makanan secara bertahap (lembut dan berkalori tinggi * kasar kemudian biasa).
c. Sajikan makanan dan minuman dalam kondisi hangat.
d. Anjurkan pada pasien untuk mengurangi beberapa jenis makan yang dapat menimbulkan diare (makanan yang berlemak, pedas, susu)
e. Kolaborasi dalam pemberian Zat besi jika terjadi anemia dan anti emetik jika pasien mengalami mual.

​​4 . Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram pada abdominal  
Tujuan: Rasa nyeri berkurang atau hilang  
a. Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan lokasinya.
b. Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnk relaksasi serta beberapa cara untuk mengurangi rasa nyeri.  
c. Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.
d. Observasi keluhan serta TTV.

5. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi feces secara terus menerus
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama dalam perawatan
a. Kaji kondisi kulit pasien terutama pada bagian bokong dan sekitarnya yang mudah lecet akibat feces yang bersifat asam.
b. Bersihkan sekitar lokasi bokong secara adekuat.
c. Anjurkan pada pasien untuk mengganti sering ganti posisi pada saat istirahat terlentang.  
d. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
e. Jaga daerah sekitar bokong agar tetap kering dan tidak lembab.
f. Observasi kondisi kulit sekitar bokong.  







DAFTAR PUSTAKA

Caine, Randy Marion, 1987, Nursing Care Planning Guides For Adult, USA Baltimore: William & Wilkins.  


Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC.

Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.




APENDIKSITIS


PENGERTIAN
Appendiksitis adalah merupakan peradangan pada appendik periformil. yaitu saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi appendik pada daerah illiaka kanan,dibawah katup illiocaecal,tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc burney.
Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)


ETIOLOGI
Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur sebab Fibrasi sebab adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra lumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.

1. Ulserasi pada mukosa.
2. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam penyakit cacing.
5. Tumor.
6. Striktur sebab Fibrosis pada dinding usus.

PATOFISIOLOGI
Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum. Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa atau obstruksi lumen ( biasanya oleh fecolif / faeses yang keras ). Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan perlengketan, infeksi dan terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan gangren atau dapat terjadi ruptur dalam waktu 24 – 36 jam. Bila proses ini berlangsung terus-menerus organ disekitar dinding apendik terjadi perlengketan dan akan menjadi abses ( kronik ). Apabila proses infeksi sangat cepat (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi pada apendik, tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan nyeri di daerah abdomen.

PATWAYS

Idiopatik makan tak teratur Kerja fisik yang keras

Massa keras feses

Obstruksi lumen

Suplay aliran darah menurun 
Mukosa terkikis


• Perforasi Peradangan pada appendiks distensi abdomen
• Abses
• Peritonitis Nyeri
Menekan gaster

Appendiktomy pembatasan intake cairan peningk prod HCL 

Insisi bedah mual, muntah







TANDA DAN GEJALA
Anoreksia biasanya tanda pertama
Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral ( visceral ) lalu kemudian
menjalar ketempat appendics yang meradang ( parietal ).
Retrosekal / nyeri punggung / pinggang.
Postekal / nyeri terbuka, diare.
Muntah, Suhu subfebris, kecuali ada perforasi.
Lekositosis, bervariasi, tidak mempengaruhi diagnose / penatalaksanaan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%
• Urinalisis : normal, tetapi eritrosit / leukosit mungkin ada
• Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks ( fekalis) ileus terlokalisir
• Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah
( Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997 )

KOMPLIKASI
Perforasi dengan pembentukan abses
Peritonitis generalisata
Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.
Tromboflebitis supuratif
Abses subfrenikus
Obstruksi intestinal














HERNIA

PENGERTIAN
Hernia adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau didapat.
Hernia adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen.
Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that normally cotains it .
Hernia adalah keluarnya isi tubuh ( biasanya abdomen ) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

ETIOLOGI
Hernia dapat terjadi sebab lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi (2).

Klasifikasi
1. Menurut Tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2. Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, Hernia adipose, yaitu hernia yang isinya jaringan lemak dan sebagainya.
3. Menurut terlibat / tidaknya : hernia eksterna ( hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya ).
4. Hernia inferna tidak terlihat dari luar ( hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria ).
5. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia akuisita, hernia visional dan sebagainya.
6. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulate yang sebagian dinding ususnya terjepit dalam cincin hernia.
Nama penemunya : 
H. Petit (di daerah lumbosakral)
H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.

Beberapa hernia lainnya : 
H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

TANDA DAN GEJALA
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
1. Hernia reponible tanda dan gejalanya:
• Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan
• Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya inguinal, femoralis dan lain-lain. Benjolan timbul saat mengejan BAB, mengangkat beban berat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada waktu istirahat baring.
• Kadang-kadang perut kembung.
• Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia maka tidak dapat dimasukkan lagi (ireponibel).
2. Hernia inkarserata, tanda dan gejalanya :
• Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami obstipasi, muntah, tidak flatus, perut kembung dan dehidrasi.
• Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
• Bila lelah terjadi strangulasi. Pasien mengalami nyeri hebat di daerah hernia, dimana nyeri menetap sebab rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi diserta nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia.
• Dapat dijumpai tanda peritonitis atau terjadi abses local, keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan segera.




Pathways












PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :
a. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
b. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
c. Pemeriksaan diameter anulus inguinalis

PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif sebab ditakutkan terjadi komplikasi.
Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi ( memotong hernia dan herniorafi / menjahit kantong hernia ). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”. 
1. Terapi Konservatif Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus-menerus pada benjolan seperti dengan bantal pasir, pasien tidur pada posisi supine antitrendernburg atau memakai korset.
2. Terapi Pembedahan Dapat dilakukan herniotomi dan herniografi ( menjahit kantong hernia ). Tindakan pembedahan lebih efektif pada hernia reponibel sebab dikawatirkan terjadi komplikasi. Kondisi usus harus diperhatikan pada hernia inkarserata atau strangulata, bila terjadi nekrosis harus direseksi. Metode pembedahan antara lain :
• Perbaikan bassini: Kantung indirect dibuka, diperiksa dan diligasi. Bagian dasar inguinalis diperkuat dengan menjahit fascia transversalis pada ligamentum inguinalis di belakang funikulus.
• Ligasi tinggi kantong hernia: Merupakan tindakan pada hernia inguinalis pada bayi dan anak.
• Perbaikan shoudice: Fascia transversal dibagi secara longitudinal dan kedua lembaran diimbrikasi pada ligamentum inguinal. Perbaikan diperkuat dengan menjahit musculus obligus internus dan conjoined tendon pada opneurosisi obligustrenus, untuk hernia direk dan indirek.




Transplantasi Ginjal
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh. 
Proses Transplantasi Ginjal
Dokter bedah akan meletakkan ginjal di dalam perut sebelah bawah, kemudian menghubungkan pembuluh darah dan saluran kencing (ureter) ginjal baru tersebut ke pembuluh darah dan ureter penderita. 
Setelah terhubung, ginjal akan dialiri darah yang akan dibersihkan. Air kencing (urine) biasanya langsung diproduksi. Tetapi beberapa keadaan, urine diproduksi bahkan setelah beberapa minggu.
Ginjal lama kita yang dua buah akan dibiarkan di tempatnya. Tetapi jika ginjal tersebut menyebabkan infeksi atau menimbulkan penyakit darah tinggi, maka harus diangkat.
Persiapan Transplantasi
Bicarakan dengan dokter anda mengenai transplantasi yang akan dijalani, sebab tidak semua orang cocok untuk transplantasi. Beberapa kondisi dapat membuat proses transplantasi berbahaya atau tidak mungkin berhasil.
Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau dari donor hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan � biasanya pasangan atau teman. Jika anda tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk memperoleh ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut dapat berlangsung bertahun-tahun.
Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru tersebut.
1. Golongan darah. Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling penting.
2. Human leukocyte antigens (HLAs). Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.
3. Uji silang antigen. Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan.
Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam. Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu minggu. 
Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-up hasil pencangkokan.
Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian, sebab teknik operasi untuk mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2 sampai 3 hari.
Komplikasi
Setelah transplantasi, dokter akan memberikan penderita obat imunosupresan, yang berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. 
Obat imunosupresan harus diminum setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain.
Obat imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi. Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.
Keuntungan Transplantasi Ginjal 
• Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
• Penderita akan merasa lebih sehat dan “lebih nomal”.
• Penderita tidak perlu melakukan dialisis
• Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.
Kekurangan Transplantasi Ginjal 
• Butuh proses pembedahan besar.
• Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
• Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
• Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek samping.
Sumber : Kidney Failure: Choosing a Treatment That's Right for You


2008 YGDI - YAYASAN GINJAL DIATRANS INDONESIA | XHTML 1.0 Strict | design by CicurugNet

No comments:

Post a Comment